Senin, 06 Agustus 2012

Pulang Kampung

Hari Sabtu, 28/7/2012 kemarin saya jadi nganterin si mba pulang kampung. Fiuhhh...sepekan yang benar-benar melelahkan buat saya. Baru pagi ini balik dari Sragen, langsung ngantor. Sebagai pengingat saya aja, maka biarlah ditulisnya Day by Day jadi jelas kronologisnya (ceileee....)
Sabtu, 28 Juli 2012

Beli tiket bis Harapan Jaya untungnya dapet yang kelas Executive klo kaga hadeuhhh..... kasian anak-anak. Secara Nick n Vell diajak semua dan saya berangkat sendiri karena suami ada kerjaan yang ga bisa ditinggalin. Berangkat dari rumah jam 12-an, setelah suami keliling cari taksi n ga ada hasilnya akhirnya mau ga mau kita semua diangkut ke tepi jalan raya Narogong = susah juga klo tinggal di pelosok, mau pakai taksi aja susahnya setengah mati :(  =
Ga lama nunggu dateng deh taksinya, kita langsung naik. Suami ikut dibelakang pakai motor. Sepanjang perjalanan ada kali ya 4 kali si mba ditelp sama pacar (calon suami???), lagaknya cemburu denger ada suara cowok, padahal suara sopir taksinya karena si mba duduk di depan. Susah ya klo memang lagi jatuh cinta. Karena males repot dan kenapa-napa dijalan saya memang sudah wanti-wanti sama si mba supaya jangan memberi tahu jam kedatangan dan armada bis yang kita pakai ke pacarnya. Bukannya apa-apa sih, cuma jaga-jaga. Secara pacar si mba itu belum jelas asal-usulnya(lebih jelasnya baca cerita ini ), belum lagi sampai Sragen masih dini hari (biasanya sekitar jam 3 pagi) dan tambah lagi tidak ada yang menjemput. Singkat cerita akhirnya kita berangkat dari Bekasi jam 14.30 WIB. Perjalanan baik-baik saja sampai pemberhentian pertama, Rumah Makan Sari Rasa, Pamanukan. Di situ kita dapat jatah makan untuk buka puasa, bagi yang berpuasa. Untuk yang tidak puasa, bisa dimakan disitu. Berhubung Vell sedang tidur maka saya putuskan makanan dibungkus saja, meskipun kami semua termasuk si mba tidak puasa. Saya suapin Nick dan Vell makan sore, si mba juga langsung menyantap jatah makanannya. Ga lama bis mulai melanjutkan perjalanan.Dari situ masalah mulai, si mba muntah! Hadeuuhhh....ternyata antimo yang saya beliin buat dia tidak diminum. Alasannya......ga bisa minum pil. Heeehhhh....ingin rasanya saya ngomel. Mbok ya dipake akalnya!!Cuman lihat muka pucatnya saya ga tega. Alhasil, sepanjang perjalanan, seisi bis, terutama saya harus menanggung bau yang tidak sedap karena si mba dengan semena-mena muntah di tempat sampah yang ada didepannya, jadi di setiap deret tempat duduk ada tempat sampahnya dan yang di muntahin si mba......hiksss....kebetulan tepat skali dibawah saya. Untungnya si kecil Nick dan Vell tidak begitu rewel, meskipun saya jadinya harus mengandalkan si kakak yang baru 4 tahun nunggu adiknya yang tertidur pulas, ketika saya ke toilet karena si mba lagi teler. Sekilas saya titip ke dia supaya ngawasin anak-anak.Waktu saya pulang dari toilet si kakak sambil nangis bilang sama saya. "Mama harusnya cepat, kakak takut adik jatuh soalnya bisnya goyang-goyang," katanya. Memang saat itu sopir memacu bis dengan kecepatan tinggi, khas bis malam luar kota. Saya peluk kedua anak saya sambil menahan airmata yang hampir menetes. Shit....rutuk saya dalam hati melihat si mba cuma diam saja, ga berusaha nolong si kakak yang panik. Mau pulang sih pulang, cuma mosok ga peduli lagi sama anak-anak saya. Sementara duduknya cuma di belakang saya persis, karena nyari yang sederet kebetulan sudah penuh. Kira-kira hampir tengah malam bis sampai di kota Semarang, saya telpon bapak yang kemudian mengabarkan akan menjemput kami di Sragen nanti. Puji Tuhan....jam 02.45 kami menjejakkan kaki di Sragen dan tiba dengan selamat di rumah tepat jam 3 pagi.

Minggu, 29 Juli 2012

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan saya bangun siang hari Minggunya. Sepanjang hari saya habiskan waktu untuk bersantai dan ngobrol dengan bapak, ibu dan sodara-sodara. Dari situ saya dapat informasi tentang pacar si mba. Ternyata KTP nya bukan hilang seperti yang dia bilang tapi memang sengaja dibuang. Tapi karena buangnya masih di dusun tempat tinggal saya kabar itu cepat menyebar. Dan sampailah di telinga keluarga si mba, sampai sekarang KTP nya disimpan Bapaknya si mba. Mungkin si mba nya belum di beri tahu, makanya masih saja telpon dengan mesranya. Umurnya bukan 23 seperti yang dia bilang tetapi 32, statusnya menikah dan ternyata anaknya sudah 3. Nah lo....ketipu beneran kan?? Tapi untuk menutupi malu karena sudah terlanjur ngomong ke orang-orang calon mantunya orang sebrang yang kerjanya di pelayaran, orang tua si mba bilangnya sih tetap akan terima asal si laki-laki bawa duit 50 juta. Ckckckckck...... Lima puluh juta darimana, ongkos pulangnya aja orang tuanya si mba yang nanggung. Lha wong katanya digeledah dompetnya ga ada duitnya sama skali. Memang teknologi itu bisa disalahgunakan oleh orang-orang ga bertanggungjawab macam ini. Ternyata bukan cuma si mba yang ditelp sama orang daerah sana. Ada beberapa gadis di kampung saya yang ditelpon dengan modus serupa. Hadeuhhh....penipuan model baru nih kayaknya. Ya sudahlah, urusan saya dengan si mba cuma tinggal menyerahkan ke orang tuanya, berikut membayar kekurangan gaji yang harus diterimanya. Dan itu saya langsung saya bereskan malam harinya. Selesai sudah segala urusan dengan si mba Mus.

Senin, 30 Juli 2012

Hari senin saya sempatkan untuk mengurus KTP. Berhubung KTP saya masih Sragen maka saya membuat E-KTP disana. Saya berangkat bersama bapak yang akan membeli pakan ayam. Berangkat dari rumah jam setengah 9 pagi, sampai di kecamatan yang waktu tempuhnya 15 menit ternyata sudah banyak yang antri. Setelah 1 jam antri barulah nama saya dipanggil. Tujuan selanjutnya adalah membeli tiket kembali ke Cileungsi. Pilihan armada kembali jatuh ke Harapan Jaya. Karena disamping armadanya bagus, pelayanan memuaskan juga tepat waktu. Tiket sudah ditangan, perjalanan lanjut kembali ke pasar kota Sragen. Membeli anting untuk Vell karena anting yang baru saya beli untuknya 2 hari sebelum ke Sragen patah ditariknya. Kemudian membeli pakan ayam. Belakangan bapak memang sudah tidak sesehat dulu. Setelah stroke menyerang 1/2 tahun yang lalu kesehatan bapak menurun drastis, bapak tidak lagi leluasa pergi kemana-mana sendiri. Ingin rasanya saya tinggal di Sragen saja mengurus ibu dan bapak di masa tua mereka, sembari membesarkan anak-anak saya. Tapi suami yang berasal dari luar Jawa belum mau, karena pasti butuh adaptasi yang besar untuknya. Terutama kendala masalah bahasa. Setelah membeli buah di pasar cilik kami pulang.

Selasa, 31 Juli 2012

Suami belum juga bisa mencari pengganti si Mba. Mau ga mau keputusan untuk menitipkan Vell sama eyangnya ya harus dilakukan. Hikss sediiiih sekali rasanya. Tapi ini solusi terbaik saat itu. Lebih baik berjauhan tapi dia kopen (red : terurus) daripada memaksakan dibawa pulang tetapi malah repot karena tidak ada yang mengurus. Lagipula eyangnya antusias sekali ingin cucunya ditinggal. Alhasil seharian ini "training" eyangnya buat urusin Vell. Mulai dari membuat makanan dan susu, menyuapi, menidurkan, mencuci botol susu dan menjelaskan semua kebiasaan Vell. Untungnya dia termasuk anak yang mudah. Dalam artian tidak memilih-milih, sama siapa saja mau ikut. Karena banyak saudara disana, saya juga tidak terlalu kawatir. Anaknya sih no problemo ditinggal tapi mamakmya ini yang jadi cengeng setiap melihat dia.

Rabu, 01 Agustus 2012

Akhirnya tiba saatnya saya meninggalkan Sragen. Setelah packing barang si kakak yang tidak terlalu banyak selesai, saya sengaja berpuas-puas bersama Vell. Dari pagi sampai saat berangkat di sore hari saya yang urus semua keperluannya. Rasanya berat sekali berpisah dengannya walaupun hanya sementara. Saya hari itu mendadak jadi melo berat. Dikit-dikit mewek. Anaknya mungkn juga ada firasat soalnya dari pagi maunya nemplok terus sama saya. Saya berusaha tegar ketika berpamitan dengannya, dia hanya tertawa sambil melambaikan tangannya. Ibu dan kakak-kakak sepupu yang ikut melepas keberangkatan saya pun ikut meneteskan air mata. Dan saya akhirnya menangis sesenggukan sepanjang perjalanan ke terminal. Si kakak sampai bertanya kepada saya 
"mama kenapa nangis? Mama sedih ya?"
Saya tersenyum menjawabnya,"Doain adik sama eyang ya kak...biar sehat terus. Nanti klo udah ada yang jagain kita jemput lagi dik Vellyn."

Ah ini problema klasik yang harus dialami ibu bekerja macam saya. Ada ratusan atau bahkan ribuan ibu yang pernah merasakan apa yang saya rasakan saat ini, ketika harus berjauhan dengan si kecil karena tidak ada yang mengasuh. Saya hanya berdoa semoga ini cepat berlalu, dan saya bisa kembali mendekap putri kecil saya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)