Jumat, 31 Agustus 2012

Tradisi Lebaran

Tradisi Lebaran
Saat saya masih kecil, lebaran itu momen yang paling saya tunggu-tunggu. Dapat uang banyak dari pakdhe, budhe, simbah, bulik, paklik dan saudara-saudara dari bapak dan ibu saya. Makanan enak yang tak kunjung habis daaaannn... yang paling saya tunggu adalah main kembang api bersama sepupu-sepupu saya. Ya...setiap hari lebaran simbah kakung saya sudah menyiapkan budget khusus untuk memanjakan cucu-cucunya dengan petasan dan kembang api. Berlarian kesana kemari sambil membawa kembang api di tangan, kemudian melemparkannya ke pohon pala atau pohon cengkeh yang ada di halaman. Tertawa-tawa menyaksikan kembang api yang perlahan meredup. Suka cita masa kecil yang masih terekam kuat dalam ingatan saya. Kemudian esok harinya kami semua memakai baju baru, acara sungkem dimulai dari simbah kakung, kemudian simbah putri, urut dari yang paling dituakan sekalipun umurnya lebih muda. Setelah itu kami berkeliling ke rumah sanak famili. Makanan yang berlimpah membuat kami kanak-kanak bersuka ria. Gula-gula warna-warni selalu saja menjadi incaran pertama kami. Ah indahnya masa itu.....

Kemudian tahun demi tahun berlalu, satu persatu sesepuh mulai meninggalkan kami, simbah juga sudah berpulang semua. Kami pun mulai beranjak dewasa. Tradisi berlebaran itu tetap ada, hanya kebiasaannya saja yang berbeda. Jika dulu kami bisa menginap berhari-hari di tempat simbah sekarang cukup satu hari untuk berkeliling ke rumah pakdhe dan budhe saja. Dan itu kami lakukan tepat tanggal 1 Syawal. Tak ingat persisnya kapan dimulai, tapi Bapak dan Ibu saya selalu melakukannya sampai sekarang, bahkan ketika kami anak-anaknya pergi ke perantauan. Ketika semua umat Muslim bersiap melakukan Shalat Ied, kami pun berangkat silaturahmi. Rutenya mulai dari Salatiga, tempat budhe-kakak angkat Ibu saya tinggal. Kemudian ke Boyolali dan sekitarnya, tempat dimana kebanyakan keluarga besar ibu saya tinggal, terus ke arah Solo dan akhirnya pulang kembali ke Sragen.

Saya memang terlahir di keluarga non Muslim, tetapi keluarga saya turut bersuka cita menyambut lebaran. Lebaran bagi kami bukan sekedar hari raya keagamaan, tapi menjadi tradisi yang sangat berharga dimana kami bisa bertemu sanak famili yang terpisahkan jarak dan waktu. Hanya di hari lebaran saya bisa bertatap muka dengan sepupu dan famili yang merantau, tersebar di nusantara, bahkan ke mancanegara. Momen berharga yang hanya terjadi sekali setahun. Tahun ini saya melewatkan momen itu hikss......
Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan batin.

*Tulisan ini pernah dipublikasikan di Ngerumpi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)