Kamis, 22 November 2012

Puisiku Untukmu

Hey kamu yang duduk disitu
Kenapa hanya memandang ragu
Bukankah aku milikmu
Raga dan hati tlah kuserahkan padamu
Bertahun yang lalu 
ketika dentang lonceng terdengar syahdu

Hey pemilik mata sendu 
Kemana kau bawa pergi cintaku
Kenapa tidak kau hirau suaraku 
yang nyaris serak memanggilmu

Hey perenggut gairah kalbu
Tidakkah kau lihat bintang seribu
Yang berpendar dimataku
Demi melihatmu kembali membuka pintu

Ah rupanya aku yang terlalu
Tak sabaran menunggu
Hanya senyum tersipu, aku malu
Kala kau datang dan merengkuhku dalam pelukmu




 

Blogwalking

Yang saya lakukan di sela-sela kesibukan saya, refreshing sejenak dari angka-angka yang membosankan adalah blogwalking. Membaca itu kegemaran saya, dan blogwalking membuat kegemaran saya tersalurkan tanpa perlu beranjak dari layar monitor. Escape sejenak dan voila....berbagai macam tulisan yang apik dan menarik tersaji di depan mata. Dunia blog rasanya menjadi tempat rekreasi baru yang menarik bagi saya. Mengapa saya bilang baru? Akses internetlah jawabannya. Ya, belakangan ini saya memang lebih leluasa menggunakan internet, kapanpun, saat senggang tentunya. Maka jadilah, hobi baru ini. 

Browsing sana sini, klak klik kesitu kemari wow...ini dunia yang tak kalah mengasyikkan dengan dunia nyata. Ada ribuan blog menarik, memang sih hanya beberapa yang sering saya kunjungi, tapi tetap saja saya ketagihan. Ada yang berisi opini, guyon, curhat dan masih banyak lagi. 

Tapi sejauh ini saya hanya menjadi silent reader, jarang sekali meninggalkan jejak komentar. Rasanya kok masih belum pede ya kalau mengomentari tulisan para 'mbahe' blogger itu. Secara saya ini masih anak 'kemarin sore, bau kencur' dalam dunia perblogan. Memang sih banyak yang bilang kalau mau eksis ya harus konsisten berkunjung ke blog-blog yang kita suka dan berkomentar disana. Lama-lama yang punya rumah akan 'mengenal' kita dan syukur-syukur berkunjung balik ke blog kita. Atau paling nggak karena komentar kita lantas bisa menaikkan trafik pengunjung blog kita dan nyatanya memang itu motivasi dari kebanyakan blogger ketika blogwalking. Menambah pengetahuan sekaligus jaringan pertemanan. Lha opo tumon klo cuman mbaca thok, siapa yang tahu klo kita sudah datang dan berkunjung. 

Tapi biarlah....sekarang saya masih nyaman berada di posisi silent reader. Bukan berarti saya nggak suka dengan artikel di blog yang saya kunjungi, tetapi lebih kepada rasa minder itu tadi. Kalau ibarat mesin saya ini memang termasuk yang susah panasnya, jadi anggap aja ini masih pemanasan. Pada saatnya nanti tentu saya ingin mengenal lebih banyak teman yang sehobi dengan saya, yaitu menulis di blog.


Cerbung - Senandung Cinta Anindya # 1

PERTEMUAN

Kupandang wajah tirus didepanku. Ganteng, masih seperti dulu. Namun tampaknya wajah yang dulu membuatku jatuh cinta berkali-kali itu menyimpan beban yang begitu berat. Sepuluh tahun nampaknya waktu yang cukup untuk merubahnya.
"Kamu masih seperti dulu Nien," katanya memecahkan kebisuan di antara kami."Masih tetap cantik."
"Terima kasih," jawabku sedatar mungkin. Fiuhhh...mudah-mudahan dia tidak mendengar detak jantungku, batinku.
"Bagaimana kabarmu sekarang? Sudah berapa anakmu?"
"Aku masih sendiri Mas,"jawabku pendek.
"Ah....yang bener. Perempuan secantik kamu?"ujarnya seakan tak percaya.
Aku hanya tersenyum. Suasana jadi agak kikuk. Dia memandangku lekat, sedangkan aku pura-pura asyik menikmati minumanku dan live music yang disuguhkan di kafe itu. Sumpah mati aku grogi. Tapi tentunya aku terlalu gengsi untuk memperlihatkan perasaanku.
"Dia mengkhianatiku Nien. Ternyata dari awal bukan aku yang diincarnya. Kamu tahu Aditya sepupuku kan? Yang dulu naksir kamu. Ternyata dia yang diincar Dinda. Kami, aku dan anakku hanyalah korban keegoisannya. Dia meninggalkan kami dan menjalin hubungan dengan Aditya. Akhirnya aku menceraikannya lima tahun yang lalu. Sekarang aku hidup bersama anak semata wayangku, Viola," ceritanya panjang lebar tanpa kuminta.
"Aku.....turut prihatin Mas,"kataku.Terus terang aku tak tahu harus bersikap bagaimana menanggapi ceritanya. Mungkinkah aku harus bersorak senang? Tentu saja tidak. Walau harus kuakui, di lubuk hatiku yang paling dalam tersimpan sedikit harapan.
"Kamu sendiri kenapa belum menikah Nien. Pastinya banyak laki-laki yang menginginkanmu menjadi istrinya kan?"
"Belum ada yang cocok Mas,"potongku cepat. Aku tidak suka jika ada yang mengungkit atau bertanya tentang keputusanku untuk melajang hingga saat ini.
"Oya, trus siapa yang nemenin Viola kalau Mas Yoga kerja,"tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Kamu masih ingat mbok Darmi? Eh....lupa mungkin ya? Sudah terlalu lama ya kita ga ktemu. Mbok Darmi itu pengasuhnya Dimas, adik bungsuku. Nah, sekarang dia ikut denganku karena momongannya sudah kuliah di Melbourne. Lagipula dia tidak punya keluarga," katanya panjang lebar.
"Aku masih ingat kok mas, yang dulu suka momong Dimas kan? Mengikuti kemanapun Dimas kecil pergi sambil bawa-bawa piring makannya," ujarku sambil tersenyum.
"Wah...kamu masih ingat aja ya Nien. Hahaha.....iya si Dimas itu dulu susah sekali makannya sampai badannya kerempeng. Kamu pasti pangling kalau lihat dia sekarang. Perawakannya tinggi besar kaya orang bule."
Aku tersenyum menanggapinya. Ah...andai kamu tahu mas, mungkin kamu akan terkejut karena tak ada satu hal pun tentang kamu tersilap dari ingatanku. Semua tentang kamu masih tersimpan rapi dihatiku, batinku.
Kebisuan kembali menguasai. Aku memandang ke panggung sambil mengetuk-ngetukkan jari mengikuti irama musik. Lewat ekor mataku kutahu Mas Yoga memperhatikanku, pipiku terasa panas merona. Tak tahan lama-lama dalam posisi itu, aku memulai percakapan.
"Gimana kerjaan Mas Yoga? Aku dengar sering keluar kota ya?"
"Eh, kok tahu aku sering keluar kota Nien? Kayaknya aku belum pernah cerita ke kamu deh...,"selidiknya
Upsss salah. Mati aku! Ketahuan deh aku masih memantau kabarnya.
"Eng....ya dari time line mas Yoga, kita kan masih berteman di facebook,"ujarku sekenanya. Dia mengernyitkan kening.
"Oya....perasaan aku jarang posting disitu ya. Ah, mungkin aku yang lupa. Tapi aku senang kamu masih memperhatikan aku,"tuturnya sambil tersenyum. "Eh, kamu masih tinggal di tempat kos? Masih ada jam malamkah?"sambungnya.
"Enggak mas, aku sekarang tinggal di rumah sendiri bareng sahabatku. Masih nyicil sih, daripada ngontrak terus. Tadi aku dah bilang sama Winda, sahabatku, mau pulang malam. Atau kita pulang aja sekarang mas, takutnya Viola nyariin papanya. Kapan-kapan kan kita masih bisa ktemu,"ujarku. Kemudian aku menyesali kalimat terakhir yang kuucapkan. Nien...masih belum cukupkah kamu telan pil pahit itu, sedangkan rasanya masih nyata ditenggorokan, rutukku dalam hati.
"Bener Nien? Kamu ga keberatan kalau kita bertemu lagi?Aku senang sekali Nien, kamu takkan tahu betapa aku membutuhkan seseorang sepertimu sekedar untuk berbagi cerita. Setelah pengkhianatan Dinda rasanya aku sulit mempercayai wanita manapun. Aku menghabiskan hari-hariku dengan kerja dan terus bekerja sebagai pelarianku. Satu-satunya hiburan hanyalah Viola. Bertemu denganmu membuat aku menemukan diriku kembali. Terima kasih ya....,"ucapnya sungguh-sungguh.
"Tapi mas......"
"Ah, ibu ya? Aku bukan anak kemarin sore lagi Nien, dulu aku memang terlalu pengecut untuk membelamu. Sekarang aku lelaki dewasa yang bisa mengatur hidupku sendiri, kehidupan rumah tanggaku yang pahit telah membentuk diriku. Lagipula ibu sudah banyak berubah sekarang. Ayo, kita pulang sekarang, besok masuk kerja kan? Nanti kamu kelelahan,"ajaknya.
"Aku naik taksi aja deh mas, jam segini masih rame kok,"tolakku secara halus.
"Aduh.....aku tahu kamu bisa menjaga diri, tapi aku takkan tenang membiarkanmu pulang sendirian malam-malam begini. Atau jangan-jangan takut ada yang cemburu ya?"
Aku hanya menggeleng. Setelah memanggil pelayan dan membayar bill dia segera berdiri sambil mengulurkan tangan.
"Kalau begitu tunggu apa lagi yuk,"katanya.

Aku berdiri sambil pura-pura asyik membenahi pakaianku, rasanya tak enak menolak uluran tangannya, tapi untuk menerimanya aku tidak siap. Hatiku masih terlalu rapuh, sepuluh tahun takkan cukup bagiku untuk menatanya kembali. Pertemuan kembali yang awalnya tanpa sengaja mengorek kembali kenangan lama yang setengah mati berusaha kulupakan. Sepanjang perjalanan pulang kami lebih banyak berdiam diri. Sesekali Mas Yoga berusaha memancing obrolan, namun aku terlalu sibuk menenangkan detak jantungku. Terus terang aku belum bisa menguasai perasaanku. Tapi tentu saja aku tidak ingin Mas Yoga mengetahuinya. Sesampai di depan rumah, setelah mengucapkan terima kasih aku ingin segera berlalu. Tapi Mas Yoga memegang tanganku...

"Terima kasih atas malam ini. Kapan-kapan kita bisa ketemu lagi kan?"tanyanya penuh harap.
Aku hanya mengangguk dan segera memalingkan wajahku. Aku tak ingin dia menemukan semburat merah dipipiku.
"Hati-hati ya mas...salam untuk Viola,"kataku. 
"Ya...nanti aku sampaikan, sleep well ya...sampai ktemu lagi."
Aku memandang mobilnya sampai menghilang di tikungan. Winda yang dari tadi mengintip lewat jendela, membuka pintu dan buru-buru menggelandangku masuk sambil ketawa cekikikan menggodaku. Ehm...nih anak pasti kumat keponya. Sebentar lagi dia pasti memberondongkan sejuta pertanyaan layaknya detektif menanyai tersangka.

----bersambung----


















Rabu, 14 November 2012

Refreshing


Tanggal 9-10 kemarin kantor saya mengadakan outbond dan team building di daerah Bogor. Rencana awal sih sebenarnya mau camping tapi sebagian rekan keberatan bila harus tidur di tenda. Alasan kurang nyaman, kurang aman dsb membuat panitia akhirnya memilih resort daripada tenda. Hari Jum'at selepas Sholat Jum'at kami segera berangkat ke suatu resort di daerah Bogor. Hujan mengguyur dengan derasnya sepanjang perjalanan kami, beberapa mobil bahkan minggir di jalan tol karena tidak berani menembus hujan angin yang luar biasa derasnya. Kurang dari dua jam kami sampai di tempat tujuan. Saung Dolken namanya, letaknya di daerah Cimahpar, Bogor. Melihat sekeliling sekilas terlihat suasana yang nyaman, segar dan menyenangkan. Pondok-pondok yang materialnya didominasi bahan dari kayu, bambu dan bata ekspos membawa kesan klasik dan etnik.


                                                   menikmati welcome drink, bandrek

Setelah menikmati welcome drink acara langsung dilanjutkan dengan breaking ice (apaan tuh....) yah istilah gampangnya mungkin mencairkan suasana, dan membuatnya lebih relax sehingga apapun materi yang akan disampaikan bisa lebih dimengerti. Game demi game berlangsung dengan heboh dan seru. Trainer mampu membuat suasana menjadi segar dan menyenangkan, meskipun materinya sederhana. Terlihat dari wajah-wajah ceria dari para peserta yang tertawa tak ada habisnya.

  ketawa ketiwi sepanjang sesi ice breaking

Setelah coffebreak acara dilanjutkan outdoor. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok besar satu kelompok berperan sebagai supervisor yang tugasnya mengarahkan dan kelompok kedua berperan sebagai pelaksana, game yang mengandalkan kekompakan pun dimulai. Serunya disini karena pelaksana ditutup matanya sehingga supervisornya yang bertugas mengarahkannya kemana dan apa yang harus dilakukannya.


                                                       Tarik...ulur...kanan....kiri...upsss

Trainer menjelaskan kaitan antara game-game yang dilakukan dengan pekerjaan sehari-hari di kantor. Bagaimana bekerja dalam team itu membutuhkan sinergi yang baik dari semua bagian yang terlibat. Analogi yang sederhana tapi benar-benar mengena. Setelah bersih diri acara dilanjutkan dengan satu sesi ringan yang di isi dengan pemutaran film, lagi-lagi tentang pentingnya team work. Kemudian makan malam berlangsung santai dengan iringan organ tunggal. Satu persatu peserta menunjukkan kebolehannya bernyanyi, bahkan tak segan-segan berjoget rame-rame. Suasana meriah dan keakraban terjalin.


                                                                Tarik maaaaanggg

 Tak ada batas atasan dan bawahan, tua muda semua membaur jadi satu. Baru ketahuan ternyata gokil-gokil semua. Jam sebelas malam organ tunggal berhenti, peserta segera menuju pondok masing-masing untuk melanjutkan 'kegilaan' dalam kelompok-kelompok kecil, sesuai tempat tidurnya. Ada yang menyanyi sampai pagi, ngerumpi sambil nonton tv atau malah tidur dengan pulasnya.

                                              Ini dia salah satu pondok tempat istirahatnya......
              
Esok harinya acara dimulai dengan sarapan di tepi kolam renang. Kemudian dilanjutkan stretching dan game ringan. Setelah itu sarapan sudah tersedia dan kami menikmati nasi uduk rame-rame di tepi kolam renang. Setelah rehat sejenak kemudian ada mind game yang membutuhkan konsentrasi dan kejelian. Beberapa kejadian lucu membuat kami tidak bisa menahan tawa.

                                                                         mind game
                                                                     game mengisi air
Dan puncaknya adalah game kekompakan mengisi air ke dalam pralon yang telah dilubangi. Cuaca yang terik tidak mengurangi antusiasme kami. Peserta yang berjumlah 30 orang itu bahu membahu menyelesaikan final game, hihihihi....pada dasarnya sih karena sudah pada ga sabar pengin nyemplung ke kolam renang. Dan....begitu peluit tanda kemenangan berbunyi tanpa basa-basi lagi kami berlomba menceburkan diri ke kolam renang, bermain air layaknya anak kecil. Dan eksis bergaya di depan kamera....teteup huehehehe.


                                                                Nyemplung rame-rame

Buat saya, outing kali ini benar-benar memuaskan. Acara gamenya fun, tempatnya cihuy, makanannya oke. Ini 'me time' saya, benar-benar lepas dari suami dan krucils dan menikmati momen 'kesendirian' dengan menyenangkan. Bener-bener refresh sejenak dari rutinitas harian yang kadang terasa begitu padat dan melelahkan. Saya bahagia dengan hidup saya dan segala keruwetannya tapi sesekali menikmati 'me time' itu memang perlu.

                                                                 The winning team
                                                
Acara diakhiri dengan makan siang bersama secara lesehan. Uniknya makanannya disajikan dalam daun pisang yang dijejer di atas tikar. Jadi ceritanya makan kembulan alias bareng-bareng. Selesai makan semua peserta membersihkan diri dan bersiap kembali ke cileungsi. Sampai di rumah kedua krucils berlarian menyambut saya dengan riangnya. Kangen nak...walau cuma semalam :) :) :)



















Kamis, 01 November 2012

Time Flies, mau ke Timbuktu atau ke Paris?

The bad news is time flies. The good news is you're the pilot.
--Michael Althsuler

Time flies...indeed. Kayaknya baru kemarin tahun baru eh...sekarang dah nyaris akhir tahun aja, kemarin masih hahahihi eh sekarang anak udah dua :) Tapi berapa banyak dari anda yang menyadarinya, dan mempersiapkan hari depan sebelum putaran roda waktu menggilasnya. Saya termasuk dari golongan orang yang terlena, tidak mempersiapkan masa depan saya dengan lebih terencana dan tahu-tahu saya menikah dan tak lama kemudian dua malaikat kecil bergantung pada saya dan suami. Bukannya saya tidak senang punya dua buah hati yang lucu, sama sekali bukan. Satu sisi saya merasa sangat bersyukur, tapi disisi lain saya mulai berhitung berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk mendanai sekolah mereka kelak. Sementara sekarang sampai sepuluh tahun ke depan cicilan rumah masih harus saya bayar. 

Ini bukan keluhan, saya hanya mencoba realistis saja.  Dengan berpikir realistis tentunya saya bisa mempersiapkan diri dan tidak ingin kecebur di lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Saya kian menyadari arti penting dari menabung dan berinvestasi. Dan saya mulai bisa membedakannya. Menabung itu untuk kebutuhan yang sifatnya lebih jangka pendek sedangkan untuk jangka panjang memang lebih baik jika uang diinvestasikan. Terserah mau berinvestasi dalam bentuk apa, bisa surat berharga (saham,obligasi), property atau logam mulia. Dalam berinvestasi dikenal istilah high gain high risk artinya semakin tinggi return investasi tersebut, semakin tinggi pula resikonya. Contohnya Saham, saya pernah mengalami sendiri investasi di saham. Memang dari segi nominal tidaklah besar tetapi setidaknya ini memberi pengalaman berapa besar keuntungan atau kerugian yang bisa saya peroleh dan Puji Tuhan saya untung :)
Waktu itu saya beli di harga 190/lembar dan tidak sampai setahun saya jual di harga 370/lembar untungnya nyaris 100% kan.... Tapi itu juga mengedukasi saya kalau potential lost yang saya alami juga bisa sebesar itu alias hilanglah seluruh investasi saya. 

Kalau mau yang lebih aman dari segi return, bisa dicoba untuk berinvestasi di logam mulia. Perhiasan emas yang sempat saya beli waktu saya masih gadis dulu harganya jadi 4 kali lipat sekarang. Saya sedang mempertimbangkan untuk mulai berinvestasi disini. Memang sih tidak ada investasi yang sepenuhnya aman. Emas berpotensi untuk hilang, diambil orang misalnya. Keuntungan lain berinvestasi di emas selain relatif lebih aman dari segi return juga bisa sekalian berhias. Seperti ungkapan yang sering terpampang di gerai-gerai perhiasan, berhias sambil menabung. 

Memang sih waktu serasa terbang, namun anda sendiri lho pilotnya. Jadi apa yang terjadi selama perjalanan, atau kemana tujuan akhir kita sendiri yang berhak menentukan tujuan. Mau terbang ke Timbuktu atau ke Paris(mau hidup enak atau sangat enak), pilihan ada di tangan kita. Jadi anda mau kemana? Ambil ancang-ancang dari sekarang, supaya tidak melenceng dari tujuan.


Selasa, 30 Oktober 2012

Indonesian Maid On Sale???






Baca tajuk berita di beberapa portal berita tentang beredarnya selebaran di atas di negeri tetangga kita membuat saya menggeleng-gelengkan kepala. Apapun tendensi si pembuat iklan rasanya kok sangat tidak manusiawi. Mosok tenaga manusia dibilang on sale. Lha kok disamain sama barang yang sudah nyaris kedaluarsa, atau fashion yang sudah lewat seasonnya jadi ga model lagi. Apalagi jelas tertulis disitu, 'Indonesian Maids'. Kalau memang tujuannya provokatif memang berhasil membuat rasa kebangsaan saya tergugah.Wogh...TKW indonesia di diskon, sialan!

Menurut saya ini tidak main-main. Guyon yang ga lucu malah cenderung sadis.Terlepas dari konteks Indonesia sekalipun, misalnya tertera 'maids on sale' iklan ini tetap merendahkan hakikat manusia. Lha mbok padakke barang po, menungso jeh.....(kok disamakan barang, manusia lho). 

Pada dasarnya derajad manusia dihadapan Tuhan itu kan bukan ditentukan oleh jabatan, harta atau kekuasaan duniawi yang dipegangnya. Lantas apa dalilnya merendahkan TKW, walaupun mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga? Pekerjaan itu halal lho.... Berapa juta rumah tangga di luar negeri yang terbantu dengan adanya TKW. Saya bisa ngomong karena saya pemakai jasa pekerja rumah tangga. Bisa dibayangkan betapa kelimpungannya saya seandainya tidak ada mereka. Memang sih saya tidak menutup mata akan adanya orang-orang yang sukanya mengais rejeki lewat keringat orang lain alias oknum agen penyalur yang mengeksploitasi para pekerjanya.

Saya menghargai upaya pemerintah yang responsif menanggapi iklan ini. Namun seyogyanya pemerintah kedepannya membuat regulasi dan kebijakan yang memberikan perlindungan lebih baik bagi para buruh migran ini. Baik dari sisi hukum maupun dalam hal bargaining position mereka terhadap majikan. Ngilu rasanya membayangkan perlakuan keji yang diterima beberapa orang TKW,walaupun tidak semua begitu. Beberapa famili saya ada yang pernah bekerja menjadi TKW, untungnya mereka bernasib baik, mendapatkan induk semang yang baik di negeri sebrang.

Pengen tahu motif penyebar selebaran iklan itu. Dan setelah diusut kok jadi semakin aneh, karena ternyata alamat yang tertera di iklan itu tukang cukur. Wah jangan-jangan ada yang sedang menebar berita hanya untuk memperkeruh suasana. Tapi kok yo kebangeten banget, merendahkan harkat dan martabat manusia, emangnya mau anak perempuan atau istrinya si pembuat isu digituin.









Kamis, 25 Oktober 2012

No Random Tag Please

Pagi ini begitu buka facebook saya shock lihat di newsfeed terlihat gambar orang yang kebakar sekujur tubuhnya. Hiii....reaksi spontan saya langsung pencet Alt+Tab di keyboard. Fiuh...selanjutnya saya langsung remove itu gambar dari timeline dan block aplikasi atau apapun itu yang suka tag gambar ke orang secara sembarangan. Bukannya apa-apa, menurut saya gambar-gambar seperti itu tidak pantas jadi konsumsi publik. Okelah mungkin informasinya berguna, supaya kita berhati-hati dan tidak melakukan kecerobohan yang sama tetapi tetap saja berlebihan bila menampilkan korban secara vulgar serupa itu.

Saya juga tidak suka apabila wall saya 'dikotori' oleh tagging gambar dagangan tanpa seijin saya. Menurut saya tidak sopan tagging sembarangan meskipun ada tertulis note 'feel free to remove'. Pernah suatu masa saya kirim message ke salah satu seller dalam friend list saya yang sering sekali tag ke wall tanpa ijin. Saya bilang ke dia untuk tidak pernah mentag apapun ke wall saya lagi. Dan ketika tetap membandel akhirnya pilihan saya adalah menghapusnya dari friendlist.

Sah-sah saja sih berdagang secara online, saya pribadi melakukannya. Tetapi untuk melakukan hard selling seperti di atas saya tidak menyarankan. Dalam dunia nyata sekalipun yang namanya hard selling itu pasti nyebelin, begitupun dalam dunia maya. Lain soal kalau tagging gambar itu menyangkut foto dari orang-orang yang saya kenal, dimana saya punya kepentingan terhadapnya atau memang sudah seijin saya.Saya pernah ikut satu network marketing yang dalam aturannya jelas sekali dinyatakan dilarang spamming ke orang lain, dalam artian tidak sembarangan tagging, inbox atau posting di wall orang lain, dan ada compliance team yang khusus menangani bila terjadi pelanggaran itu. 

Saya menganalogikan timeline di twitter, facebook dan blog itu ibarat rumah. Sebagai tamu yang berkunjung ke suatu rumah pastinya kita ingin tahu siapa pemilik rumah, ingin mulai mengenalnya lewat postingan, tweet atau statusnya. Lha kalo wall nya isi sampah pastinya jadi males ya berkunjung. Ini sih pendapat subyektif saya, kalo pendapatmu bagaimana?
















Rabu, 24 Oktober 2012

THROWN

Have you ever been in my place
Feeling droned into an empty space
And trying to picking up my pride
You just spread on your ride

Have you ever thought your step
Would hurt me so deep
So I can't thinking straight
just  to take my own right

I won't cry again 
Cause I know, it would be in vain
You have lost your way
But sure I will find you again someday



----My First Rhymes----



       firminayu

Fantasi Liarku

Aku menari liar di atas tubuhmu
Mencumbui setiap detailnya dengan penuh nafsu
Sementara kamu hanya mengeluarkan suara
Yang membuat gairahku semakin merajalela

Aku menari liar diatas tubuhmu
Sementara mataku tak lepas menikmati lekuk likumu
Dan jalangnya tanganku tak henti merabamu

Tarianku semakin liar, semakin panas
Dan kau hanya pasrah dan berserah
Mengimbangi setiap tarianku dengan indah

Oh...candu jiwaku
Aku tak bisa menghentikan tarianku
Hingga sukmaku mengambang bersama bintang
Ketika mentari tergelincir dan mulai menghilang
Sampai jumpa esok sayang.....





























............keyboard setiaku




*Berkhayal sembari bersihin keyboard
blogger-emoticon.blogspot.com

gambar dari sini, emoticon dari sini

Bersyukur (2)

Hidup itu begitu penuh dinamika. Ada masa dimana kita merasa bahagia dan penuh energi positif tapi ada masanya dimana semuanya terasa datar dan membosankan bahkan ada masa dimana kita merasa semuanya memuakkan. Tak semua yang kita inginkan berjalan sempurna adanya. Seringkali apa yang kita rencanakan hancur berantakan di tengah jalan. Tapi apapun yang terjadi hidup terus berjalan.

Menghayati makna hidup sejatinya adalah menikmati setiap saat dalam kehidupan ini dengan segala problemanya. Saat susah maupun senang, saat duka maupun sukacita. Ada baiknya kita bersiap dengan segala kondisi, apapun itu. Manusia cuma wayang yang berjalan dalam kelir kehidupan, dan kita harus menyadari bahwa ada dalang di balik layar dan kita bersentuhan dengan wayang lain dalam perjalanannya. Dan dalam persinggungan itulah rasa bahagia, sedih, benci, rindu dan segala bentuk emosi baik negatif maupun positif bisa hadir.

Setiap siklus dalam kehidupan seseorang memang bisa diibaratkan roda. Ada kalanya kita bisa berjaya di atas, adakalanya juga kita terpuruk dan tak berdaya. Roda kehidupan milik kita tentu saja berbeda dengan orang lain, itu sebabnya apa yang menurut kita nyaman belum tentu sama dalam pandangan orang lain, begitu pula sebaliknya. Kunci dari kenyamanan kita menikmati hidup sebenarnya lebih kepada bagaimana kita bisa mensyukuri segala yang kita terima, segala yang kita punya. Dengan bersyukur dalam untung kita bisa lebih banyak berbagi kepada sesama kita yang lebih membutuhkan, dan bersyukur di saat kemalangan menimpa membuat kita bisa menerima cobaan dengan lapang dada dan melihat hikmah dari kejadian yang menimpa kita. 




Senin, 22 Oktober 2012

Kabar Kabur

Hari Sabtu kemarin tiba-tiba saya mendapat telepon dari seorang sahabat. Karena kesibukan masing-masing, cukup lama kami tidak saling bertukar kabar. Sekali dengar saya tahu itu suara sahabat saya. Tanpa banyak basa-basi dia tanya kabar saya, kabar anak-anak lalu meminta maaf belum bisa menengok anak saya yang kedua. Setelah ngobrol panjang lebar kemudian dia kembali bertanya mengenai kabar saya dan keluarga, terutama suami. Wah....saya jadi bertanya-tanya ada apa nih. Biasanya bertanya kabar hanyalah basa-basi diawal obrolan, tapi ini terkesan sekali sahabat saya itu ingin benar-benar meyakinkan bahwa kabar saya sekeluarga baik-baik saja. Karena kami cukup dekat saya bertanya balik ke dia kenapa? Nah, berceritalah dia bahwa barusan rekannya satu kantor, yang saya kenal juga karena kami dulu satu kantor, bbm dia. Intinya mengabarkan bahwa suami saya sudah tiada? Reaksi saya pertama santai saja, saya bilang ke dia bahwa suami saya baik-baik saja, semoga umurnya panjang karena digosipkan demikian. Tapi beberapa detik kemudian, setelah otak saya memproses berita itu, barulah saya panik.

Hah....yang bener? Kamu dapat kabar kapan? Suamiku memang belum pulang sekarang. Kabarnya yang kamu terima gimana? Saya bertanya dengan panik dan bertubi-tubi ke sahabat saya. Gantian dia yang bingung menjawab pertanyaan itu, dan malah balik menenangkan saya. Ah, kabarnya ga benar kali. Sudahlah, mungkin cuma salah informasi. Aku bbm balik ke orangnya belum dijawab lagi nih, kata sahabat saya. Akhirnya telepon berakhir dengan pertanyaan besar yang masih menggantung di benak saya, dengan kepanikan yang luar biasa yang melanda secara tiba-tiba. Kepanikan saya ditambah lagi dengan beberapa teman dan saudara saya belakangan 'ditinggal pergi' pasangannya dalam usia relatif muda.

Segera saya hubungi suami saya, satu nomornya tidak aktif. Saya coba hubungi nomernya yang satu lagi dan ternyata masuk. Terdengar suara telepon diangkat, tetapi tidak terdengar suara orang. Saya semakin panik. Berulang kali mencoba telepon lagi dan hasilnya tetap sama. Kemudian saya coba sms ke nomor itu. Pah, telepon balik. Penting! Tak berapa lama ada sms masuk dari nomor suami saya. Tak sabar saya buka smsnya. Kenapa ma? Ga bisa nih kartunya ga tau kenapa, sms aja ya, balasnya. Saya masih mencoba meyakinkan bahwa suami saya baik-baik saja, berulang kali, untuk mengobati kepanikan dan rasa shock saya dan akhirnya ketika suami saya membalas sms dengan bahasa Manggarai barulah saya bisa tersenyum. Puji Tuhan. Itu hanya kabar kabur, yang ga jelas juntrungannya.

Hari ini ketika saya buka facebook, sahabat saya yang lain mengetik di jendela chat. 
Y        : Kmrn si C bikin heboh mba, untung aku kmrn pas chat sm km liat fb kamu, jadi ga  
            kaget
Saya   : Iya tuh...lha aku di telp jg jadi kpikiran, wong kebetulan ppnya nico blm plg.  
           Mana ditelp ga  diangkat-angkat, untung dia balik sms. Si C itu dapet infonya dari 
           mana sh?
Y       : Dia lihat fbmu mba, emang itu siapa yang meninggal?
Saya : Oalah...gara-gara aku di tag foto kuburan ama saudara ppnya nico kali ya? Yg  
          meninggal itu temen deketku semasa kuliah. Kebetulan jd saudara karena dia nikah 
          sama sepupu ppnya.

Nah lho.....ternyata salah paham aja.  Jadi ceritanya kemarin itu tepat sebulan meninggalnya sahabat saya. Suaminya, yang kebetulan sepupu suami saya menge-tag foto makam sahabat saya itu ke lini masa beberapa orang termasuk saya. Cerita selengkapnya mengenai kepergian sahabat saya ini bisa dibaca disini
 
Wah...ini pelajaran buat saya, juga mudah-mudahan buat semua pembaca tulisan ini. Untuk tidak begitu saja menyebar suatu berita yang belum tentu benar hanya karena melihat foto. Padahal kalau mau melihat lebih detail di foto itu jelas tertera nama almarhumah di nisannya. Untung saya tidak punya penyakit jantung, klo jantungan kan berabe.

Rabu, 17 Oktober 2012

Super Emak

Yang setuju klo para emak-emak itu super siapa? Saya pasti akan cepat mengacungkan jari. Dari jaman saya kecil, saya perhatikan simbah, ibu, bulik, budhe saya, hingga sekarang saya sendiri jadi emak, para emak itu canggih dalam hal multitasking. Itu lho melakukan beberapa hal sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Contohnya nih, sambil buat sarapan mis: telur mata sapi, rebus air buat mandi adik, nyisir dan dandanin jagoan yang mau berangkat sekolah, trus siapin sepatu sambil mulut tak henti-hentinya menyemangati jagoan yang masih males-malesan. Selesai itu trus nyuapin sarapan (klo disuruh makan sendiri berabe, bisa ga makan pagi) sambil siapin bekal sekolah dan cek ulang alat sekolahnya. Itu cuma sekelumit dari rutinitas pagi yang sangat padat, waktu jadi serasa terbang. Ga terasa dah jam setengah 8 dan saya harus cepat bersiap ke kantor. Setumpuk pekerjaan lain sudah menunggu saya.

Oya, para emak itu juga pemikir segalanya di samping eksekutor juga. Coba mulai urusan dapur, sumur, kasur (*eh) ga ada yang luput. Masih di kantor aja udah kepikiran kira-kira besok mau makan apa, ga lucu kan kalo tiap hari makanan yang tersaji itu-itu aja. Yang ada penghuni rumah bisa mogok makan hehehe.... Belum urusan anak sekolah, emaknya juga yang jadi ujung tombak. Ngingetin ada PR atau ga, bahkan kalo perlu ngecek ke tas anak mengingat si anak sekolahnya sejatinya masih main jadi ya kurang aware sama yang namanya PR. Nanya maunya besok bekal apa ke sekolah dll. Nah, setelah anak tidur gantian having quality time sama soulmate alias suami. Ngobrol, ngobril, ngobral hahahaha.......(*upss sensor).

Pertanyannya, kapan me time nya? Kalau di rumah kayaknya no me time, cuma pas ke kamar mandi ajah si kecil ga buntutin emaknya. Capek sih pasti, cuma banyak yang bilang nikmati aja karena masa-masa dibuntutin anak itu ga kerasa bakal cepat berlalu. Ketika mereka sudah punya kesibukan sendiri gantian kita yang merasa pengin dibuntutin, ngerayu-rayu supaya dia mau ikut arisan misalnya. Eh kok malah OOT sih ya??

Jadi gimana? Saya super kan (**ditabok wonder woman :)) Bukan...bukan saya yang super. Di luar sana saya yakin masih banyak emak-emak yang jauh lebih super. Saya mungkin ga ada apa-apanya, wong masih ada asisten yang siap membantu dan suami yang ga segan ikut turun tangan. Pekerjaan rumah tangga itu bisa dibilang ga ada habisnya, apalagi kalo sambil ngurusin anak kecil. Saya salut sama ibu rumah tangga full yang berhasil mendidik anaknya jadi santun, cerdas dan berprestasi tapi masih bisa mengaktualisasikan diri dengan ikut kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Lha saya ini selain rumah dan kantor rasanya jarang punya kegiatan lain, mungkin nanti ketika anak-anak mulai bisa mandiri.

*Sambil nulis artikel sambil bikin list belanjaan :)

Senin, 15 Oktober 2012

HUTANG BUDI

Hutang uang bisa dibayar, hutang budi di bawa mati. Pernahkah anda merasa berhutang budi pada orang lain? Buat saya, kebaikan yang dilakukan oleh orang lain untuk saya itu adalah hutang budi. Sekecil apapun, ketika orang itu ikhlas memberikan atau melakukannya itu besar artinya buat saya. Contohnya adalah ketika saya terpaksa harus mengambil motor tanpa membayar karena dompet ketinggalan. Cerita selengkapnya baca di sini . Nah Sore harinya saya benar-benar menepati janji saya untuk datang lagi, niatnya sih mau membayar uang parkir yang terhutang. Tapi reaksi si ibu pemilik malah bingung, setelah saya jelaskan barulah ia tertawa sambil mengembalikan uang yang saya berikan kepadanya, menggenggam tangan saya dan bilang bahwa saya tidak usah membayar, toh apa yang saya alami bukanlah suatu kesengajaan. Gantian saya yang bengong menatap uang di tangan saya, dan mengucap terima kasih atas kebaikannya. 

Kembali teringat bertahun-tahun yang lalu, ketika saya masih fresh graduate dan berburu pekerjaan. Jadi ceritanya saya ikut tes masuk salah satu departemen/kementrian di stadion Senayan. Nah karena saya ini bener-bener buta dengan Jakarta maka berangkat didrop oleh sepupu yang berkantor di Tanah Abang. Sepupu saya berpesan kalau sudah selesai telpon saja nanti dia jemput. Saya hanya mengiyakan. Selesai tes saya bersiap menelpon sepupu ketika saya menyadari bahwa ternyata HP pinjeman yang saya pakai waktu itu mati. Pas ubek-ubek tas ternyata dompet ketinggalan pula.....huaaaa lengkap sudah!!! Hanya seribu rupiah yang saya temukan di dalam tas, hobi saya bersihin tas rupanya kurang menguntungkan untuk saat seperti ini. Jaman itu wartel masih banyak bertebaran. Di seberang pintu keluar, di sebelah Taman Ria senayan (masih ada ga sih sekarang???) ada terbaca wartel. Dengan semangat empat lima saya menuju kesana, tapi lemaslah saya ketika tahu ternyata wartelnya tutup. Tanya sana-sini wartel terdekat eh....ditunjukinlah telpon koin di depan TVRI. Alamak....duit saya yang cuma seribu itu duit kertas sodara-sodara. Jadi sepanjang jalan ke arah telpon umum itu saya mulai berusaha menukarkan duit seribu saya dengan uang koin. Kebanyakan yang saya tanya cuma lewat dengan cueknya atau menggeleng. Aih...mungkin dikiranya saya ini salah satu penipu yang berlagak memelas. Ini kali yang namanya udah jatuh ketimpa tangga kerubuhan bata pula, apes. 

Nah, akhirnya singkat cerita saya ktemu seorang mas-mas baik hati yang mau merelakan sekeping uang koinnya untuk saya pakai. Ketika saya memberikan uang seribu saya sebagai gantinya, ia menolak dengan halus. Pakai aja dik...gpp kok, katanya. Saya berlalu sambil mengucap terima kasih. Akhirnya saya bisa sampai ke rumah dengan selamat berbekal sekeping uang logam dari si mas yang saya pakai untuk menelpon ke rumah bulik saya.

Kalau melihat rupiahnya, rasanya tidaklah berharga. Tapi manfaatnya menyelamatkan saya. Dan saya akan terus mengenang peristiwa ini sepanjang ingatan saya, sembari menyisipkan doa untuk orang yang sudah begitu ikhlas membantu saya. Ya mungkin saya tidak akan bisa membalasnya secara langsung, tapi kebaikan yang saya terima menginspirasi saya untuk berbuat kebaikan kepada orang lain. Itu hanyalah sekelumit hutang budi yang saya alami, hutang budi dengan saudara, sahabat, atau teman tentu lebih besar lagi. Dan buat saya, kebaikan itu sekecil apapun priceless, tidak ternilai harganya. Jadi sudahkah berbuat baik hari ini?


*Ah...jadi ingat ternyata bukan cuma sekali dua kali saya ketinggalan dompet.

LUPA.....LAGI!!!!!

Hari Sabtu kemarin saya berencana mengikuti open class tentang suatu hal yang sedang saya tekuni. Acaranya bertempat di daerah Setiabudi, Jakarta Selatan. Karena jauh, saya berangkat dari rumah jam 8 pagi. Setelah beres mengurus krucils dan berpamitan kepada mereka, saya segera memacu sepeda motor ke tempat biasa saya naik angkot. Setelah menitipkan motor di tempat biasa, saya langsung naik mobil yang akan membawa saya ke arah UKI, pemberhentian pertama saya. 

Sepanjang perjalanan seperti biasa, saya asyik mengamati sekitar. Sampai di daerah Citra Gran saya membuka tas dengan maksud menyiapkan ongkos tapi......olala setelah mengubek-ubek tas saya tidak nemu dompet. Dompetnya ketinggalan, berikut HP saya!!!!! Uh...shitt rutuk saya. Ngubek-ngubek lagi dapatlah uang recehan Rp.6000,- Ah...Puji Tuhan. Langsung saya stop angkot dan membayar ongkos. Uangnya tinggal sisa Rp.3.000,- setidaknya bisa buat ongkos balik ke tempat saya menitipkan motor. Sepanjang perjalanan saya memutar otak, sebenarnya bisa saja saya langsung naik taksi ke rumah ambil dompet, tapi alangkah ribetnya jika nanti harus balik lagi ambil motor. Atau saya jujur saja sama ibu pemilik penitipan motor mengenai keadaan saya, dan berharap dia mau mengerti. Setelah menimbang-nimbang akhirnya saya memutuskan untuk memilih alternatif kedua. Hiks seandainya HP ga ikut ketinggalan, saya kan masih bisa menelpon teman, mengingat jarak kantor ke tempat penitipan motor tidak terlalu jauh. Saya terus saja mengutuk kelalaian yang cukup fatal ini. Tapi ya sudahlah....yang sudah berlalu takkan bisa diperbaiki lagi.

Sampai di tempat penitipan motor saya menceritakan ke si ibu pemilik tempat penitipan mengenai keadaan saya. Belum selesai saya bercerita si ibu yang memang sedang sibuk melayani pembeli di tokonya segera meminta nomer parkir saya dan menyuruh anak buahnya mengambil motor saya di rumahnya, belakang toko. Saya meminta maaf atas kejadian ini dan berjanji akan kembali lagi sore hari untuk membayar ongkos parkir. 

Peristiwa ini sebenarnya terlalu memalukan untuk saya ceritakan, tapi saya hanya ingin postingan kali ini menjadi catatan saya pribadi supaya lain kali hal ini tidak perlu terjadi lagi. Fiuh...pas balik ke rumah saya nyari dompet saya. Seisi rumah saya tanya, tidak ada yang tahu. Seingat saya, selesai beli sayur di pagi hari dompet itu ditenteng sama putri kecil saya, dan dipakai mainan. Nah, gimana caranya nanya ke anak umur 14 bulan? Akhirnya mau ga mau saya ubek-ubek semua tempat di rumah, tak terkecuali. Dan tahu ga dimana dompetnya ketemu? Tempat sampah di kamar mandi kamar utama. Hahahaha.....jadi ceritanya putri bungsu saya ini lagi senang-senangnya belajar buang sampah dan menaruh cucian kotor ditempatnya. Jadi sekarang saya tahu kemana harus mencari barang yang hilang, termasuk kosmetik yang ada dimeja kamar yang belakangan tiba-tiba raib. Ah nduk Vellyn....kamu terlalu rajin sayang....sampai dompet mama pun di buang :)

Kamis, 11 Oktober 2012

Comfort Zone



Hmmmm...comfort zone alias zona nyaman. Siapa sih orangnya di dunia ini yang tidak mau merasa nyaman? Semua pasti mencarinya, dengan berbagai cara orang berusaha mencari kenyamanan. Tapi tau ga sih, klo ternyata karena kita dah merasa berada di comfort zone maka kita menjadi malas untuk berubah? Takut mencoba hal-hal baru? Ujung-ujungnya kita stuck alias tidak berkembang padahal disadari atau tidak Tuhan memberikan kita potensi yang luar biasa. Yang klo kita bisa mengembangkannya dengan baik pasti hasilnya luar biasa pula.

Kembali ke ComfortZone ya.....ternyata selama ini saya juga terlena. Sedikit flashback deh. Saya terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Saya tumbuh dalam keluarga besar yang mayoritas bekerja sebagai PNS. Saya terbiasa melihat bapak, ibu, tante, om bahkan sepupu saya menjalankan rutinitas sebagai pegawai negeri. Secara tidak sadar saya dicetak berdasarkan prototype beliau semua. Kerja sesuai prosedur kemudian pulang istirahat dirumah. Tidak pernah ada didikan untuk menjadi seorang entrepreneur....xixixi jadi ingat deh dulu saya sering ikut-ikut temen saya jualan kecil-kecilan eh....malah dimarahin karena dianggap mengganggu konsentrasi belajar. Dari situ saya tidak pernah mencoba lagi. Dan jadilah saya yang sekarang, wanita pekerja kantor yang lurus-lurus aja...tidak pernah punya keberanian untuk melakukan hal lain.

Sebenarnya saya juga ingin seperti teman-teman saya, yang bekerja kantoran tapi tetap punya sampingan. Atau seperti ibu A yang ibu rumah tangga tapi sambil wiraswasta. Anak dan suami terurus, penghasilan tetap ada. Terus terang ada rasa malu, enggan, takut ditolak dan banyak lagi hambatan lainnya yang membuat niat saya hanya sebatas niat saja. Tapi seperti kata orang bijak, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar. Selalu ada yang pertama untuk segala hal. Dan ini pertama kalinya saya merasa punya tekad yang kuat untuk keluar dari ComfortZone saya. Keluar dari kepompong untuk kemudian menjelma menjadi kupu-kupu yang indah warnanya, keluar dari biji untuk menjadi kecambah yang nantinya bisa menjadi tempat bersarang burung-burung nan cantik jelita (halaah lebay).

Setahun terakhir ini saya sedang berjuang, merubah mindset dan melatih mental saya, melangkah keluar dari comfort zone, act and think outside my box. Berapa kali usaha yang saya jalani tidak berkembang bahkan bisa dikatakan gagal.Tetapi saya tidak mau menyerah, karena apa yang sedang saya perjuangkan adalah demi orang-orang yang saya sayangi dan tentunya diri saya sendiri juga. Siapa sih yang tidak ingin memiliki kebebasan waktu sekaligus financial sejak usia muda dan hari tua yang terjamin? Saya ingin sekali, dan untuk itu saya mau berjuang. Saya tahu ini tidak akan mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. Semoga kali ini saya berhasil, semoga kali ini mental saya sudah lebih siap untuk menghadapi setiap rintangan yang datang, semoga hasilnya sekecil apapun bisa menjadi motivasi buat saya untuk berbuat lebih baik lagi dan menjadi evaluasi untuk langkah selanjutnya. Welcome to the Jungle, Firmina. You can survive if you have enough courage to be success. The power is within your mind, body and soul. Wish me luck ya…..