Kamis, 22 November 2012

Puisiku Untukmu

Hey kamu yang duduk disitu
Kenapa hanya memandang ragu
Bukankah aku milikmu
Raga dan hati tlah kuserahkan padamu
Bertahun yang lalu 
ketika dentang lonceng terdengar syahdu

Hey pemilik mata sendu 
Kemana kau bawa pergi cintaku
Kenapa tidak kau hirau suaraku 
yang nyaris serak memanggilmu

Hey perenggut gairah kalbu
Tidakkah kau lihat bintang seribu
Yang berpendar dimataku
Demi melihatmu kembali membuka pintu

Ah rupanya aku yang terlalu
Tak sabaran menunggu
Hanya senyum tersipu, aku malu
Kala kau datang dan merengkuhku dalam pelukmu




 

Blogwalking

Yang saya lakukan di sela-sela kesibukan saya, refreshing sejenak dari angka-angka yang membosankan adalah blogwalking. Membaca itu kegemaran saya, dan blogwalking membuat kegemaran saya tersalurkan tanpa perlu beranjak dari layar monitor. Escape sejenak dan voila....berbagai macam tulisan yang apik dan menarik tersaji di depan mata. Dunia blog rasanya menjadi tempat rekreasi baru yang menarik bagi saya. Mengapa saya bilang baru? Akses internetlah jawabannya. Ya, belakangan ini saya memang lebih leluasa menggunakan internet, kapanpun, saat senggang tentunya. Maka jadilah, hobi baru ini. 

Browsing sana sini, klak klik kesitu kemari wow...ini dunia yang tak kalah mengasyikkan dengan dunia nyata. Ada ribuan blog menarik, memang sih hanya beberapa yang sering saya kunjungi, tapi tetap saja saya ketagihan. Ada yang berisi opini, guyon, curhat dan masih banyak lagi. 

Tapi sejauh ini saya hanya menjadi silent reader, jarang sekali meninggalkan jejak komentar. Rasanya kok masih belum pede ya kalau mengomentari tulisan para 'mbahe' blogger itu. Secara saya ini masih anak 'kemarin sore, bau kencur' dalam dunia perblogan. Memang sih banyak yang bilang kalau mau eksis ya harus konsisten berkunjung ke blog-blog yang kita suka dan berkomentar disana. Lama-lama yang punya rumah akan 'mengenal' kita dan syukur-syukur berkunjung balik ke blog kita. Atau paling nggak karena komentar kita lantas bisa menaikkan trafik pengunjung blog kita dan nyatanya memang itu motivasi dari kebanyakan blogger ketika blogwalking. Menambah pengetahuan sekaligus jaringan pertemanan. Lha opo tumon klo cuman mbaca thok, siapa yang tahu klo kita sudah datang dan berkunjung. 

Tapi biarlah....sekarang saya masih nyaman berada di posisi silent reader. Bukan berarti saya nggak suka dengan artikel di blog yang saya kunjungi, tetapi lebih kepada rasa minder itu tadi. Kalau ibarat mesin saya ini memang termasuk yang susah panasnya, jadi anggap aja ini masih pemanasan. Pada saatnya nanti tentu saya ingin mengenal lebih banyak teman yang sehobi dengan saya, yaitu menulis di blog.


Cerbung - Senandung Cinta Anindya # 1

PERTEMUAN

Kupandang wajah tirus didepanku. Ganteng, masih seperti dulu. Namun tampaknya wajah yang dulu membuatku jatuh cinta berkali-kali itu menyimpan beban yang begitu berat. Sepuluh tahun nampaknya waktu yang cukup untuk merubahnya.
"Kamu masih seperti dulu Nien," katanya memecahkan kebisuan di antara kami."Masih tetap cantik."
"Terima kasih," jawabku sedatar mungkin. Fiuhhh...mudah-mudahan dia tidak mendengar detak jantungku, batinku.
"Bagaimana kabarmu sekarang? Sudah berapa anakmu?"
"Aku masih sendiri Mas,"jawabku pendek.
"Ah....yang bener. Perempuan secantik kamu?"ujarnya seakan tak percaya.
Aku hanya tersenyum. Suasana jadi agak kikuk. Dia memandangku lekat, sedangkan aku pura-pura asyik menikmati minumanku dan live music yang disuguhkan di kafe itu. Sumpah mati aku grogi. Tapi tentunya aku terlalu gengsi untuk memperlihatkan perasaanku.
"Dia mengkhianatiku Nien. Ternyata dari awal bukan aku yang diincarnya. Kamu tahu Aditya sepupuku kan? Yang dulu naksir kamu. Ternyata dia yang diincar Dinda. Kami, aku dan anakku hanyalah korban keegoisannya. Dia meninggalkan kami dan menjalin hubungan dengan Aditya. Akhirnya aku menceraikannya lima tahun yang lalu. Sekarang aku hidup bersama anak semata wayangku, Viola," ceritanya panjang lebar tanpa kuminta.
"Aku.....turut prihatin Mas,"kataku.Terus terang aku tak tahu harus bersikap bagaimana menanggapi ceritanya. Mungkinkah aku harus bersorak senang? Tentu saja tidak. Walau harus kuakui, di lubuk hatiku yang paling dalam tersimpan sedikit harapan.
"Kamu sendiri kenapa belum menikah Nien. Pastinya banyak laki-laki yang menginginkanmu menjadi istrinya kan?"
"Belum ada yang cocok Mas,"potongku cepat. Aku tidak suka jika ada yang mengungkit atau bertanya tentang keputusanku untuk melajang hingga saat ini.
"Oya, trus siapa yang nemenin Viola kalau Mas Yoga kerja,"tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Kamu masih ingat mbok Darmi? Eh....lupa mungkin ya? Sudah terlalu lama ya kita ga ktemu. Mbok Darmi itu pengasuhnya Dimas, adik bungsuku. Nah, sekarang dia ikut denganku karena momongannya sudah kuliah di Melbourne. Lagipula dia tidak punya keluarga," katanya panjang lebar.
"Aku masih ingat kok mas, yang dulu suka momong Dimas kan? Mengikuti kemanapun Dimas kecil pergi sambil bawa-bawa piring makannya," ujarku sambil tersenyum.
"Wah...kamu masih ingat aja ya Nien. Hahaha.....iya si Dimas itu dulu susah sekali makannya sampai badannya kerempeng. Kamu pasti pangling kalau lihat dia sekarang. Perawakannya tinggi besar kaya orang bule."
Aku tersenyum menanggapinya. Ah...andai kamu tahu mas, mungkin kamu akan terkejut karena tak ada satu hal pun tentang kamu tersilap dari ingatanku. Semua tentang kamu masih tersimpan rapi dihatiku, batinku.
Kebisuan kembali menguasai. Aku memandang ke panggung sambil mengetuk-ngetukkan jari mengikuti irama musik. Lewat ekor mataku kutahu Mas Yoga memperhatikanku, pipiku terasa panas merona. Tak tahan lama-lama dalam posisi itu, aku memulai percakapan.
"Gimana kerjaan Mas Yoga? Aku dengar sering keluar kota ya?"
"Eh, kok tahu aku sering keluar kota Nien? Kayaknya aku belum pernah cerita ke kamu deh...,"selidiknya
Upsss salah. Mati aku! Ketahuan deh aku masih memantau kabarnya.
"Eng....ya dari time line mas Yoga, kita kan masih berteman di facebook,"ujarku sekenanya. Dia mengernyitkan kening.
"Oya....perasaan aku jarang posting disitu ya. Ah, mungkin aku yang lupa. Tapi aku senang kamu masih memperhatikan aku,"tuturnya sambil tersenyum. "Eh, kamu masih tinggal di tempat kos? Masih ada jam malamkah?"sambungnya.
"Enggak mas, aku sekarang tinggal di rumah sendiri bareng sahabatku. Masih nyicil sih, daripada ngontrak terus. Tadi aku dah bilang sama Winda, sahabatku, mau pulang malam. Atau kita pulang aja sekarang mas, takutnya Viola nyariin papanya. Kapan-kapan kan kita masih bisa ktemu,"ujarku. Kemudian aku menyesali kalimat terakhir yang kuucapkan. Nien...masih belum cukupkah kamu telan pil pahit itu, sedangkan rasanya masih nyata ditenggorokan, rutukku dalam hati.
"Bener Nien? Kamu ga keberatan kalau kita bertemu lagi?Aku senang sekali Nien, kamu takkan tahu betapa aku membutuhkan seseorang sepertimu sekedar untuk berbagi cerita. Setelah pengkhianatan Dinda rasanya aku sulit mempercayai wanita manapun. Aku menghabiskan hari-hariku dengan kerja dan terus bekerja sebagai pelarianku. Satu-satunya hiburan hanyalah Viola. Bertemu denganmu membuat aku menemukan diriku kembali. Terima kasih ya....,"ucapnya sungguh-sungguh.
"Tapi mas......"
"Ah, ibu ya? Aku bukan anak kemarin sore lagi Nien, dulu aku memang terlalu pengecut untuk membelamu. Sekarang aku lelaki dewasa yang bisa mengatur hidupku sendiri, kehidupan rumah tanggaku yang pahit telah membentuk diriku. Lagipula ibu sudah banyak berubah sekarang. Ayo, kita pulang sekarang, besok masuk kerja kan? Nanti kamu kelelahan,"ajaknya.
"Aku naik taksi aja deh mas, jam segini masih rame kok,"tolakku secara halus.
"Aduh.....aku tahu kamu bisa menjaga diri, tapi aku takkan tenang membiarkanmu pulang sendirian malam-malam begini. Atau jangan-jangan takut ada yang cemburu ya?"
Aku hanya menggeleng. Setelah memanggil pelayan dan membayar bill dia segera berdiri sambil mengulurkan tangan.
"Kalau begitu tunggu apa lagi yuk,"katanya.

Aku berdiri sambil pura-pura asyik membenahi pakaianku, rasanya tak enak menolak uluran tangannya, tapi untuk menerimanya aku tidak siap. Hatiku masih terlalu rapuh, sepuluh tahun takkan cukup bagiku untuk menatanya kembali. Pertemuan kembali yang awalnya tanpa sengaja mengorek kembali kenangan lama yang setengah mati berusaha kulupakan. Sepanjang perjalanan pulang kami lebih banyak berdiam diri. Sesekali Mas Yoga berusaha memancing obrolan, namun aku terlalu sibuk menenangkan detak jantungku. Terus terang aku belum bisa menguasai perasaanku. Tapi tentu saja aku tidak ingin Mas Yoga mengetahuinya. Sesampai di depan rumah, setelah mengucapkan terima kasih aku ingin segera berlalu. Tapi Mas Yoga memegang tanganku...

"Terima kasih atas malam ini. Kapan-kapan kita bisa ketemu lagi kan?"tanyanya penuh harap.
Aku hanya mengangguk dan segera memalingkan wajahku. Aku tak ingin dia menemukan semburat merah dipipiku.
"Hati-hati ya mas...salam untuk Viola,"kataku. 
"Ya...nanti aku sampaikan, sleep well ya...sampai ktemu lagi."
Aku memandang mobilnya sampai menghilang di tikungan. Winda yang dari tadi mengintip lewat jendela, membuka pintu dan buru-buru menggelandangku masuk sambil ketawa cekikikan menggodaku. Ehm...nih anak pasti kumat keponya. Sebentar lagi dia pasti memberondongkan sejuta pertanyaan layaknya detektif menanyai tersangka.

----bersambung----


















Rabu, 14 November 2012

Refreshing


Tanggal 9-10 kemarin kantor saya mengadakan outbond dan team building di daerah Bogor. Rencana awal sih sebenarnya mau camping tapi sebagian rekan keberatan bila harus tidur di tenda. Alasan kurang nyaman, kurang aman dsb membuat panitia akhirnya memilih resort daripada tenda. Hari Jum'at selepas Sholat Jum'at kami segera berangkat ke suatu resort di daerah Bogor. Hujan mengguyur dengan derasnya sepanjang perjalanan kami, beberapa mobil bahkan minggir di jalan tol karena tidak berani menembus hujan angin yang luar biasa derasnya. Kurang dari dua jam kami sampai di tempat tujuan. Saung Dolken namanya, letaknya di daerah Cimahpar, Bogor. Melihat sekeliling sekilas terlihat suasana yang nyaman, segar dan menyenangkan. Pondok-pondok yang materialnya didominasi bahan dari kayu, bambu dan bata ekspos membawa kesan klasik dan etnik.


                                                   menikmati welcome drink, bandrek

Setelah menikmati welcome drink acara langsung dilanjutkan dengan breaking ice (apaan tuh....) yah istilah gampangnya mungkin mencairkan suasana, dan membuatnya lebih relax sehingga apapun materi yang akan disampaikan bisa lebih dimengerti. Game demi game berlangsung dengan heboh dan seru. Trainer mampu membuat suasana menjadi segar dan menyenangkan, meskipun materinya sederhana. Terlihat dari wajah-wajah ceria dari para peserta yang tertawa tak ada habisnya.

  ketawa ketiwi sepanjang sesi ice breaking

Setelah coffebreak acara dilanjutkan outdoor. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok besar satu kelompok berperan sebagai supervisor yang tugasnya mengarahkan dan kelompok kedua berperan sebagai pelaksana, game yang mengandalkan kekompakan pun dimulai. Serunya disini karena pelaksana ditutup matanya sehingga supervisornya yang bertugas mengarahkannya kemana dan apa yang harus dilakukannya.


                                                       Tarik...ulur...kanan....kiri...upsss

Trainer menjelaskan kaitan antara game-game yang dilakukan dengan pekerjaan sehari-hari di kantor. Bagaimana bekerja dalam team itu membutuhkan sinergi yang baik dari semua bagian yang terlibat. Analogi yang sederhana tapi benar-benar mengena. Setelah bersih diri acara dilanjutkan dengan satu sesi ringan yang di isi dengan pemutaran film, lagi-lagi tentang pentingnya team work. Kemudian makan malam berlangsung santai dengan iringan organ tunggal. Satu persatu peserta menunjukkan kebolehannya bernyanyi, bahkan tak segan-segan berjoget rame-rame. Suasana meriah dan keakraban terjalin.


                                                                Tarik maaaaanggg

 Tak ada batas atasan dan bawahan, tua muda semua membaur jadi satu. Baru ketahuan ternyata gokil-gokil semua. Jam sebelas malam organ tunggal berhenti, peserta segera menuju pondok masing-masing untuk melanjutkan 'kegilaan' dalam kelompok-kelompok kecil, sesuai tempat tidurnya. Ada yang menyanyi sampai pagi, ngerumpi sambil nonton tv atau malah tidur dengan pulasnya.

                                              Ini dia salah satu pondok tempat istirahatnya......
              
Esok harinya acara dimulai dengan sarapan di tepi kolam renang. Kemudian dilanjutkan stretching dan game ringan. Setelah itu sarapan sudah tersedia dan kami menikmati nasi uduk rame-rame di tepi kolam renang. Setelah rehat sejenak kemudian ada mind game yang membutuhkan konsentrasi dan kejelian. Beberapa kejadian lucu membuat kami tidak bisa menahan tawa.

                                                                         mind game
                                                                     game mengisi air
Dan puncaknya adalah game kekompakan mengisi air ke dalam pralon yang telah dilubangi. Cuaca yang terik tidak mengurangi antusiasme kami. Peserta yang berjumlah 30 orang itu bahu membahu menyelesaikan final game, hihihihi....pada dasarnya sih karena sudah pada ga sabar pengin nyemplung ke kolam renang. Dan....begitu peluit tanda kemenangan berbunyi tanpa basa-basi lagi kami berlomba menceburkan diri ke kolam renang, bermain air layaknya anak kecil. Dan eksis bergaya di depan kamera....teteup huehehehe.


                                                                Nyemplung rame-rame

Buat saya, outing kali ini benar-benar memuaskan. Acara gamenya fun, tempatnya cihuy, makanannya oke. Ini 'me time' saya, benar-benar lepas dari suami dan krucils dan menikmati momen 'kesendirian' dengan menyenangkan. Bener-bener refresh sejenak dari rutinitas harian yang kadang terasa begitu padat dan melelahkan. Saya bahagia dengan hidup saya dan segala keruwetannya tapi sesekali menikmati 'me time' itu memang perlu.

                                                                 The winning team
                                                
Acara diakhiri dengan makan siang bersama secara lesehan. Uniknya makanannya disajikan dalam daun pisang yang dijejer di atas tikar. Jadi ceritanya makan kembulan alias bareng-bareng. Selesai makan semua peserta membersihkan diri dan bersiap kembali ke cileungsi. Sampai di rumah kedua krucils berlarian menyambut saya dengan riangnya. Kangen nak...walau cuma semalam :) :) :)



















Kamis, 01 November 2012

Time Flies, mau ke Timbuktu atau ke Paris?

The bad news is time flies. The good news is you're the pilot.
--Michael Althsuler

Time flies...indeed. Kayaknya baru kemarin tahun baru eh...sekarang dah nyaris akhir tahun aja, kemarin masih hahahihi eh sekarang anak udah dua :) Tapi berapa banyak dari anda yang menyadarinya, dan mempersiapkan hari depan sebelum putaran roda waktu menggilasnya. Saya termasuk dari golongan orang yang terlena, tidak mempersiapkan masa depan saya dengan lebih terencana dan tahu-tahu saya menikah dan tak lama kemudian dua malaikat kecil bergantung pada saya dan suami. Bukannya saya tidak senang punya dua buah hati yang lucu, sama sekali bukan. Satu sisi saya merasa sangat bersyukur, tapi disisi lain saya mulai berhitung berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk mendanai sekolah mereka kelak. Sementara sekarang sampai sepuluh tahun ke depan cicilan rumah masih harus saya bayar. 

Ini bukan keluhan, saya hanya mencoba realistis saja.  Dengan berpikir realistis tentunya saya bisa mempersiapkan diri dan tidak ingin kecebur di lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Saya kian menyadari arti penting dari menabung dan berinvestasi. Dan saya mulai bisa membedakannya. Menabung itu untuk kebutuhan yang sifatnya lebih jangka pendek sedangkan untuk jangka panjang memang lebih baik jika uang diinvestasikan. Terserah mau berinvestasi dalam bentuk apa, bisa surat berharga (saham,obligasi), property atau logam mulia. Dalam berinvestasi dikenal istilah high gain high risk artinya semakin tinggi return investasi tersebut, semakin tinggi pula resikonya. Contohnya Saham, saya pernah mengalami sendiri investasi di saham. Memang dari segi nominal tidaklah besar tetapi setidaknya ini memberi pengalaman berapa besar keuntungan atau kerugian yang bisa saya peroleh dan Puji Tuhan saya untung :)
Waktu itu saya beli di harga 190/lembar dan tidak sampai setahun saya jual di harga 370/lembar untungnya nyaris 100% kan.... Tapi itu juga mengedukasi saya kalau potential lost yang saya alami juga bisa sebesar itu alias hilanglah seluruh investasi saya. 

Kalau mau yang lebih aman dari segi return, bisa dicoba untuk berinvestasi di logam mulia. Perhiasan emas yang sempat saya beli waktu saya masih gadis dulu harganya jadi 4 kali lipat sekarang. Saya sedang mempertimbangkan untuk mulai berinvestasi disini. Memang sih tidak ada investasi yang sepenuhnya aman. Emas berpotensi untuk hilang, diambil orang misalnya. Keuntungan lain berinvestasi di emas selain relatif lebih aman dari segi return juga bisa sekalian berhias. Seperti ungkapan yang sering terpampang di gerai-gerai perhiasan, berhias sambil menabung. 

Memang sih waktu serasa terbang, namun anda sendiri lho pilotnya. Jadi apa yang terjadi selama perjalanan, atau kemana tujuan akhir kita sendiri yang berhak menentukan tujuan. Mau terbang ke Timbuktu atau ke Paris(mau hidup enak atau sangat enak), pilihan ada di tangan kita. Jadi anda mau kemana? Ambil ancang-ancang dari sekarang, supaya tidak melenceng dari tujuan.