Senin, 24 September 2012

Tak ada yang abadi

Semalam adalah 7 hari meninggalnya sahabat saya. Kami mengadakan doa arwah untuknya, supaya perjalanannya menuju keabadian lancar adanya. Dalam renungan yang disampaikan oleh prodiakon (yang memimpin ibadat) disinggung betapa hidup kita di dunia ini sementara, bahwa pada akhirnya semua orang akan mati. Itu sudah harga mati, tidak bisa ditawar lagi. Bahkan bagaimana cara kita mati pun adalah rahasia Ilahi. Semua orang yang sudah mengerti (kecuali anak-anak) pasti tahu bahwa hidup di dunia ini cuma sementara, mung mampir ngombe (cuma mampir minum), tak ada yang abadi. Pepatah jawa mengatakan
 ' Bandha titipan, nyawa gadhuhan, pangkat sampiran '
Arti harafiahnya adalah Harta itu cuma titipan, nyawa itu pemberian, dan pangkat hanyalah sementara. 

Tak ada yang abadi, karena pada akhirnya hanya roh kita yang akan menghadap ke hadirat-Nya. Lantas Kalau begitu apa tujuan kita hidup? Keyakinan saya, manusia hidup pasti punya misi, sesederhana apapun, entah kita sadari atau tidak. Kita hidup untuk mempersiapkan layak tidaknya kita dihadapan-Nya. Pada saatnya nanti kita harus mempertanggungjawabkan semua perkataan, perbuatan dan apapun yang kita lakukan di dunia ini. Lalu bagaimana dengan bayi yang lahir terus mati atau malah belum sempat lahir (keguguran misalnya). Hey...bayi itu punya keluarga kan? Atau minimal seorang ibu. Jadi atau tidaknya dia hadir di dunia ini setidaknya akan berdampak pada orang-orang di sekitarnya, mengubah orang-orang di sekitarnya. Karena pada dasarnya, kejadian yang kita alami, sekecil apapun saya yakin akan mengubah diri kita, sadar atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)