Jumat, 21 September 2012

Bersyukurlah

Obrolan di suatu pagi, sambil belanja di tukang sayur:
Ibu A  : Harga-harga naiknya bener-bener dah, sampe bingung muter duitnya.
Ibu B  : Iya nih... apalagi tanggung bulan begini, pusing mau masak apa. Semua mahal. Mama Nico mah  
             enak, kagak ada tanggung bulan, yang kemarin juga masih ada kan?
Saya   : Amiiiin...... (sambil tersenyum)
Ibu B  : Lha iya...enak pan dua-duanya kerja. Ga kayak kita, cuma ngandelin penghasilan suami.
Saya   : Amiiiin deh bu, mudah-mudahan ga pernah habis rejeki saya.

Hey....don't they know? There always bad times and good times in our life, specificly in our financial life, but I don't have to share with everyone. Kadang ingin saya balas perkataan semacam itu dengan penjelasan panjang lebar, tapi buat apa? Hidup itu sawang sinawang, mungkin menurut kita tetangga kita lebih beruntung dari kita, tapi kita tidak tahu dan tidak merasakan kesulitan mereka. 

Saya bekerja dan mendapat penghasilan tambahan untuk keluarga saya, itu membuat orang memandang saya tidak pernah kekurangan uang. Tapi tidakkah mereka berpikir, harga yang harus saya bayar untuk kenyamanan itu? Saya harus kehilangan waktu berharga saya bersama anak-anak, yang bagi saya tidak bisa ditukar dengan materi. Saya harus menangis dalam hati manakala anak sakit sementara saya harus tetap bekerja, sementara hati saya tertinggal dirumah. Pengeluaran saya pun bisa jadi dua kali lipat dari mereka karena saya harus membayar orang yang menjaga anak-anak sementara saya bekerja.Kenapa orang cenderung untuk melihat dan menginginkan kelebihan orang lain daripada mensyukuri apa yang sudah mereka terima?

Andai mereka tahu cita-cita saya. Saya ingin jadi ibu rumah tangga seperti mereka, tapi saya ingin tetap punya penghasilan, karena saya ingin menyekolahkan anak saya di tempat terbaik menurut ukuran saya, memberikan semua yang terbaik untuk mereka. Saya tidak ingin kehilangan momen berharga pertumbuhan buah hati saya, tapi untuk sekarang inilah yang terbaik yang bisa saya lakukan. Puji Tuhan saya selalu merasa cukup. Saya senantiasa bersyukur atas apa yang saya terima. Rasa syukur itu terwujud dalam setiap perbuatan saya, salah satunya adalah tidak mengeluh walaupun kondisi finansial saya memburuk. Dan bagi orang lain, bisa jadi itu terlihat seperti saya tidak pernah kesulitan keuangan. Amiiin....semoga. Ah kayaknya tulisan saya kali ini agak emosional. Pada dasarnya rumput tetangga memang kelihatan lebih hijau ya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)