Senin, 22 Oktober 2012

Kabar Kabur

Hari Sabtu kemarin tiba-tiba saya mendapat telepon dari seorang sahabat. Karena kesibukan masing-masing, cukup lama kami tidak saling bertukar kabar. Sekali dengar saya tahu itu suara sahabat saya. Tanpa banyak basa-basi dia tanya kabar saya, kabar anak-anak lalu meminta maaf belum bisa menengok anak saya yang kedua. Setelah ngobrol panjang lebar kemudian dia kembali bertanya mengenai kabar saya dan keluarga, terutama suami. Wah....saya jadi bertanya-tanya ada apa nih. Biasanya bertanya kabar hanyalah basa-basi diawal obrolan, tapi ini terkesan sekali sahabat saya itu ingin benar-benar meyakinkan bahwa kabar saya sekeluarga baik-baik saja. Karena kami cukup dekat saya bertanya balik ke dia kenapa? Nah, berceritalah dia bahwa barusan rekannya satu kantor, yang saya kenal juga karena kami dulu satu kantor, bbm dia. Intinya mengabarkan bahwa suami saya sudah tiada? Reaksi saya pertama santai saja, saya bilang ke dia bahwa suami saya baik-baik saja, semoga umurnya panjang karena digosipkan demikian. Tapi beberapa detik kemudian, setelah otak saya memproses berita itu, barulah saya panik.

Hah....yang bener? Kamu dapat kabar kapan? Suamiku memang belum pulang sekarang. Kabarnya yang kamu terima gimana? Saya bertanya dengan panik dan bertubi-tubi ke sahabat saya. Gantian dia yang bingung menjawab pertanyaan itu, dan malah balik menenangkan saya. Ah, kabarnya ga benar kali. Sudahlah, mungkin cuma salah informasi. Aku bbm balik ke orangnya belum dijawab lagi nih, kata sahabat saya. Akhirnya telepon berakhir dengan pertanyaan besar yang masih menggantung di benak saya, dengan kepanikan yang luar biasa yang melanda secara tiba-tiba. Kepanikan saya ditambah lagi dengan beberapa teman dan saudara saya belakangan 'ditinggal pergi' pasangannya dalam usia relatif muda.

Segera saya hubungi suami saya, satu nomornya tidak aktif. Saya coba hubungi nomernya yang satu lagi dan ternyata masuk. Terdengar suara telepon diangkat, tetapi tidak terdengar suara orang. Saya semakin panik. Berulang kali mencoba telepon lagi dan hasilnya tetap sama. Kemudian saya coba sms ke nomor itu. Pah, telepon balik. Penting! Tak berapa lama ada sms masuk dari nomor suami saya. Tak sabar saya buka smsnya. Kenapa ma? Ga bisa nih kartunya ga tau kenapa, sms aja ya, balasnya. Saya masih mencoba meyakinkan bahwa suami saya baik-baik saja, berulang kali, untuk mengobati kepanikan dan rasa shock saya dan akhirnya ketika suami saya membalas sms dengan bahasa Manggarai barulah saya bisa tersenyum. Puji Tuhan. Itu hanya kabar kabur, yang ga jelas juntrungannya.

Hari ini ketika saya buka facebook, sahabat saya yang lain mengetik di jendela chat. 
Y        : Kmrn si C bikin heboh mba, untung aku kmrn pas chat sm km liat fb kamu, jadi ga  
            kaget
Saya   : Iya tuh...lha aku di telp jg jadi kpikiran, wong kebetulan ppnya nico blm plg.  
           Mana ditelp ga  diangkat-angkat, untung dia balik sms. Si C itu dapet infonya dari 
           mana sh?
Y       : Dia lihat fbmu mba, emang itu siapa yang meninggal?
Saya : Oalah...gara-gara aku di tag foto kuburan ama saudara ppnya nico kali ya? Yg  
          meninggal itu temen deketku semasa kuliah. Kebetulan jd saudara karena dia nikah 
          sama sepupu ppnya.

Nah lho.....ternyata salah paham aja.  Jadi ceritanya kemarin itu tepat sebulan meninggalnya sahabat saya. Suaminya, yang kebetulan sepupu suami saya menge-tag foto makam sahabat saya itu ke lini masa beberapa orang termasuk saya. Cerita selengkapnya mengenai kepergian sahabat saya ini bisa dibaca disini
 
Wah...ini pelajaran buat saya, juga mudah-mudahan buat semua pembaca tulisan ini. Untuk tidak begitu saja menyebar suatu berita yang belum tentu benar hanya karena melihat foto. Padahal kalau mau melihat lebih detail di foto itu jelas tertera nama almarhumah di nisannya. Untung saya tidak punya penyakit jantung, klo jantungan kan berabe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)