Senin, 15 Oktober 2012

HUTANG BUDI

Hutang uang bisa dibayar, hutang budi di bawa mati. Pernahkah anda merasa berhutang budi pada orang lain? Buat saya, kebaikan yang dilakukan oleh orang lain untuk saya itu adalah hutang budi. Sekecil apapun, ketika orang itu ikhlas memberikan atau melakukannya itu besar artinya buat saya. Contohnya adalah ketika saya terpaksa harus mengambil motor tanpa membayar karena dompet ketinggalan. Cerita selengkapnya baca di sini . Nah Sore harinya saya benar-benar menepati janji saya untuk datang lagi, niatnya sih mau membayar uang parkir yang terhutang. Tapi reaksi si ibu pemilik malah bingung, setelah saya jelaskan barulah ia tertawa sambil mengembalikan uang yang saya berikan kepadanya, menggenggam tangan saya dan bilang bahwa saya tidak usah membayar, toh apa yang saya alami bukanlah suatu kesengajaan. Gantian saya yang bengong menatap uang di tangan saya, dan mengucap terima kasih atas kebaikannya. 

Kembali teringat bertahun-tahun yang lalu, ketika saya masih fresh graduate dan berburu pekerjaan. Jadi ceritanya saya ikut tes masuk salah satu departemen/kementrian di stadion Senayan. Nah karena saya ini bener-bener buta dengan Jakarta maka berangkat didrop oleh sepupu yang berkantor di Tanah Abang. Sepupu saya berpesan kalau sudah selesai telpon saja nanti dia jemput. Saya hanya mengiyakan. Selesai tes saya bersiap menelpon sepupu ketika saya menyadari bahwa ternyata HP pinjeman yang saya pakai waktu itu mati. Pas ubek-ubek tas ternyata dompet ketinggalan pula.....huaaaa lengkap sudah!!! Hanya seribu rupiah yang saya temukan di dalam tas, hobi saya bersihin tas rupanya kurang menguntungkan untuk saat seperti ini. Jaman itu wartel masih banyak bertebaran. Di seberang pintu keluar, di sebelah Taman Ria senayan (masih ada ga sih sekarang???) ada terbaca wartel. Dengan semangat empat lima saya menuju kesana, tapi lemaslah saya ketika tahu ternyata wartelnya tutup. Tanya sana-sini wartel terdekat eh....ditunjukinlah telpon koin di depan TVRI. Alamak....duit saya yang cuma seribu itu duit kertas sodara-sodara. Jadi sepanjang jalan ke arah telpon umum itu saya mulai berusaha menukarkan duit seribu saya dengan uang koin. Kebanyakan yang saya tanya cuma lewat dengan cueknya atau menggeleng. Aih...mungkin dikiranya saya ini salah satu penipu yang berlagak memelas. Ini kali yang namanya udah jatuh ketimpa tangga kerubuhan bata pula, apes. 

Nah, akhirnya singkat cerita saya ktemu seorang mas-mas baik hati yang mau merelakan sekeping uang koinnya untuk saya pakai. Ketika saya memberikan uang seribu saya sebagai gantinya, ia menolak dengan halus. Pakai aja dik...gpp kok, katanya. Saya berlalu sambil mengucap terima kasih. Akhirnya saya bisa sampai ke rumah dengan selamat berbekal sekeping uang logam dari si mas yang saya pakai untuk menelpon ke rumah bulik saya.

Kalau melihat rupiahnya, rasanya tidaklah berharga. Tapi manfaatnya menyelamatkan saya. Dan saya akan terus mengenang peristiwa ini sepanjang ingatan saya, sembari menyisipkan doa untuk orang yang sudah begitu ikhlas membantu saya. Ya mungkin saya tidak akan bisa membalasnya secara langsung, tapi kebaikan yang saya terima menginspirasi saya untuk berbuat kebaikan kepada orang lain. Itu hanyalah sekelumit hutang budi yang saya alami, hutang budi dengan saudara, sahabat, atau teman tentu lebih besar lagi. Dan buat saya, kebaikan itu sekecil apapun priceless, tidak ternilai harganya. Jadi sudahkah berbuat baik hari ini?


*Ah...jadi ingat ternyata bukan cuma sekali dua kali saya ketinggalan dompet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)