Selasa, 02 Oktober 2012

Hemat Beib....

Beberapa waktu belakangan ini saya cerewet sekali dengan penggunaan air di rumah. Mulai dari Papanya anak-anak, krucils sampai pengasuhnya menjadi sasaran kecerewetan saya. Asal muasalnya berawal dari tagihan listrik di rumah yang belakangan naik terus, padahal menurut saya porsi penggunaannya tidak berbeda dari biasanya. Hehehe...mak-mak itu pasti pikirannya lebih njlimet daripada penghuni rumah lainnya apalagi urusan yang berkenaan dengan pengeluaran rutin rumah tangga :).

Nah mulailah saya melakukan investigasi layaknya sherlock holmes atau detective conan, komik kesukaan saya itu (halaah). Kemudian kok ya kebetulan mesin air di rumah itu seperti berteriak kalau dia biang keladinya. Jadi begini, oleh suami mesin air diletakkan di dalam gudang supaya suaranya tidak mengganggu aktivitas di dalam rumah. Nah belakangan terdengar suara seperti melengking setiap kali mesin menyala (pakai otomatis) dan setelah saya perhatikan ternyata oh ternyata mesin ini yang biasa cuma nyala maksimal 20an menit, bisa sampai 2 jam baru berhenti. Olala....ktemu problemnya, ini sebabnya tagihan listrik saya naik cukup signifikan.

Kemudian saya mikir, kalau saya yang notabene tinggal di daerah Bogor aja mulai merasakan dampak krisis air, gimana dengan yang tinggal di Jakarta, atau nun jauh di NTT sana, atau ga usah terlalu jauh di daerah Gesi, Sragen sana. Masih lekat dalam benak saya yang waktu itu masih duduk di Sekolah Dasar, saban hari setiap musim kemarau, puluhan truk tangki hilir mudik di depan sekolah untuk mengirim air bersih ke daerah branglor (sebutan untuk daerah di sebelah utara bengawan Solo), yang dipenuhi bukit kapur, yang selalu kesulitan air bersih sepanjang musim kemarau.

Baca artikel di kompas kemarin beberapa daerah di Indonesia juga mulai membuat hujan buatan untuk mengurangi dampak kemarau yang terasa semakin panas ini, global warming katanya. Saya yang ibu rumah tangga biasa ini belum bisa membuat sesuatu tindakan yang kontroversial untuk mengurangi dampaknya, misalnya mengadakan gerakan penghijauan massal untuk mengurangi dampak global warming. Tapi setidaknya dengan menghemat pemakaian air di rumah tangga saya, yang otomatis juga menghemat listrik dan menularkan kecerewetan saya ke ibu-ibu lainnya di kantor atau di lingkungan tempat tinggal bisa berpengaruh positif, sekecil apapun. Bukankah hal besar selalu dimulai dari yang kecil. Jadi semua penghuni rumah saya sekarang akrab sekali dengan jargon iklan salah satu provider seluler ini, yang belakangan selalu saya lontarkan untuk mengingatkan mereka. Hemat Beibeb......... :))

*Pas posting artikel ini, hujan turun dengan derasnya. Puji Tuhan....doa saya didengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)