Senin, 01 Oktober 2012

Unconditional Love

Dua hari ini badan saya rasanya kayak digebukin. Bagamana tidak? Si kecil Vellyn sakit panas - rewel ga ketulungan, dan hanya sama saya, ibunya, dia mau diajak. Anak itu punya karakter dan kebiasaan masing-masing dan itu baru saya pahami betul setelah punya dua buah hati yang lucu, Nico & Vellyn. Mengenai kebiasaan mereka waktu sakit, si kakak tidak pernah rewel, anteng, gampang sekali minum obat, apapun yang diberikan dokter. Sekarangpun masih begitu dengan tambahan catatan, obatnya harus rasa strawberry (nah looo...saya selalu bilang hal ini sebelum dokter kasih resep :)  hehehe). Nah si adik ini lain lagi, kalau sakit sepanjang malam dia merengek, dan nyaris sepanjang malam dan hari dia tidak mau turun dari gendongan saya (gempor juga maknya ini). Dan susah sekali minum obat. Dari kemarin, saya selalu menegarkan hati saya untuk memberinya obat dengan memaksanya. Soalnya kecil-kecil dia pintar lho, klo tidak mau ya tutup mulut rapat-rapat atau menjulurkan lidah. Pas obatnya sudah masuk dia masukin jarinya supaya obatnya muntah keluar lagi. Fiuuuhhh....tobat deh! Bukannya apa-apa, saya cuma tak tega memaksanya minum obat lagi. Sebagai orang tua rasanya sedih sekali melihat anak sakit, kalau boleh nawar mendingan disuruh gantiin aja deh (hiks sedih lihat mereka menangis, tapi belum bisa ngomong sakit apa)

Cerita di atas baru sekelumit suka duka menjadi orang tua yang baru saya alami beberapa tahun. Saya jadi mikir, itu belum seberapa dibandingkan dengan apa yang dialami orang tua saya, gimana pusingnya beliau mengurus kami bertiga waktu  masih kecil. Seringkali kalau butuh suntikan energi, saya curhat sama bapak ibu saya. Saya bukan mau mengeluh, hanya ingin sharing saja mengenai perasaan saya sebagai orang tua. Dan jawaban beliau bahwa saya harus bersabar, itulah perjuangan kita sebagai orang tua. Wah zuppperrr skali jawaban orang tua saya ini. Dan bahwa apa yang saya alami sekarang belum ada seujung kuku dari apa yang sudah dialami bapak ibu saya, itu saya sadari betul. 

Waktu masih kecil anak masih gampang sekali diberi tahu dan diatur, tapi setelah besar dan merasa lebih pintar? Yang ada setiap ada pertentangan, seringkali anak menganggap orang tua kolot, ketinggalan jaman dan tidak mau memahami jalan pikiran orang muda. Tak terhitung berapa kali beliau harus mengurut dada dan bersabar serta menangis dalam hati melihat tingkah anaknya. 

Peribahasa kasih orang tua sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah itu benar adanya. Kasih orang tua kepada anak itu benar-benar unconditional love, tanpa syarat. Ketika saya melahirkan Vell, seorang tetangga yang menengok, yang sudah bertahun-tahun mendamba buah hati tapi belum dikaruniai oleh Tuhan bicara kepada saya. Dia sudah sangat mendambakan buah hati tetapi suaminya sering membesarkan hatinya dengan kembali bertanya kepadanya, "berapa kali sehari kamu mengingat bapak ibumu, berapa hari sekali kamu berbicara dengan mereka lewat telepon, berapa bulan/tahun sekali kamu menengok beliau?" Dan pertanyaan barusan benar-benar mak jleb di hati saya. 

Dalam posisi saya sebagai anak, saya merasa diingatkan, betapa banyak yang telah dikorbankan orang tua untuk saya, dan tak sedikitpun mereka menuntut balik untuk setiap tetes air susu, air mata, keringat bahkan darah yang beliau curahkan untuk saya. Hanya sapaan lewat telepon, sekedar bercakap tentang kabar, mendengar celoteh cucu, beberapa hari sekali, atau berkunjung beberapa bulan sekali, buat mereka lebih dari cukup. Dalam posisi saya sebagai orang tua, anak sehat dan bahagia adalah segalanya, no matter what it takes and how to achieved it. Yah memang...kasih orang tua kepada anaknya itu truly unconditional love.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)