Kamis, 19 Juli 2012

Si Mba - Part # 2 (Hilang di Malam Takbir)

Cerita si mb, saya jadi ingat dua tahun yang lalu. Pas malam takbir bergema di seantero negeri. Kalau dipikir-pikir ini salah saya juga yang menyuruh si mb.

Ceritanya begini, siang harinya ada arisan keluarga suami yang bertempat di rumah kakak, di komplek sebelah. Karena saya libur sedang suami waktu itu belum libur maka saya dan nick berangkat duluan bawa motor sendiri, si mb waktu itu tinggal di rumah. Suami saya menyusul belakangan dengan membawa motor sendiri, jadi kami membawa dua motor. Singkat cerita arisan usai, hari sudah menunjukkan pkl 8 malam. Karena Nick tidur jadi tidak memungkinkan bagi saya untuk bawa motor sendiri lagi. Akhirnya suami saya bilang nanti motornya diambil lagi deh. Nah ketika sampai dirumah, nick terbangun dan menangis minta ikut lagi ngambil motor, sehingga suami saya bilang biar si mb aja yang ambil motornya. 

Sebelum pergi, saya sudah wanti-wanti supaya dia menghapal jalannya. Walaupun ga sampai 2 km dari rumah namun suasana yang luar biasa ramai membuat saya agak takut si mb kesasar. Dan ternyata firasat saya benar. Tunggu punya tunggu si mb ga nongol-nongol. Setelah 30 menit saya menelpon suami, dia bilang si mb langsung pulang, kira-kira 20 menit yang lalu, tunggu aja katanya(jadi si mb ini pulang sendiri, karena suami masih ngobrol dengan sodara2 yang masih berkumpul di rumah kakak). Ketika 15 menit kemudia si mba ga nongol juga saya mulai panik. Saya telpon suami, tak lama kemudian yang nongol ponakan. "Tante, si mba belum pulang juga?" tanyanya. "Saya ga ktemu dia, padahal saya jalannya sudah pelan-pelan."

Akhirnya saya telpon suami, suruh dia pulang dan mulai mencari si mba. Saya coba hubungi nomor si mba.... jawabannya nomor yang anda tuju belum terpasang. Sial, dia ganti nomer tanpa memberitahu saya. Mau ga mau saya telp ke kampung, minta tolong bapak saya supaya tanya nomer HP si mb ke ortunya. Akibatnya di kampung jadi ikut gegeeerrr. Setelah dapat nomer yang benar saya mulai telp lagi, tapi nadanya sibuk terus. Nick yang sedang tidur pulas kami tinggal di rumah, yang terpikir hanyalah bagaimana mencari si mba. Putus asa kami mondar-mandir kesana-kemari, berkeliling sepanjang jalanan komplek. Tak lama kemudia bapak saya telpon, telpon sekarang ke si mba HPnya sudah bisa dihubungi, kata Bapak. Nah saya telp si mba, Yess nyambung. 

"Halo...mba, kamu dimana?"
"Di bekasi Timur....."
"Bekasi Timur mana? Bekasi Timur itu luas......Bekasi Timur Regency (Kompleks perumahan dekat saya tinggal)."
" Iya kayaknya...."
"Di sebelah mana?"
"Dekat jembatan, banyak mobil lewat"
Begonya saya, tanpa babibu, tanpa bertanya lebih detil, saking paniknya saya langsung bilang suami supaya segera memacu motor ke perumahan itu. Keliling-keliling cari jembatan, entah berapa jembatan  yang sudah kami lewati sampai jauh masuk ke perumahan itu tapi tak menemukan jejak si mba. Kembali kami telp, kali ini suami yang bicara.

"Halo mb....kamu di jembatan mana? Coba dekat kamu ada orang ga? Tanya orang itu, ini daerah mana"
Terdengar si mba berdialog sama orang di dekat situ.
"kampung utan katanya pak," jawab si mba.
"Hah....itu jauh banget mba dari sini. Nih kamu aja yang ngomong, suruh mba tungguin aja disitu."kata suami sambil menyerahkan HP nya
"Halo mba, kamu cari masjid atau tempat yang rame yang dekat dari situ, terus diam aja di situ, jangan kemana-mana. Nanti kita jemput kesitu,"lanjut saya.
Suami langsung memacu motornya menuju tempat yang disebutkan ditelp. Dalam hati saya terus berdoa, ya Tuhan lindungi si mba, jauhkan dari orang jahat. Anak selugu itu belum tahu selukbeluk Bekasi.Sambil komat kamit saya setengah berucap, motornya diambil biarin deh, orangnya jangan diapa-apain. Dan ternyata tempat itu jauuuh sekali dari rumah saya. Ga masuk akal rasanya dia bisa nyasar sejauh itu. Kampung yang dia sebutkan itu sudah masuk daerah Setu, Cibitung. 10 km dari tempat saya tinggal di Bekasi. Dan jembatan yang dia bilang tadi rupanya jembatan yang melintang diatas jalan tol. 

Sampai di jembatan itu saya kembali menghubungi dia.

"Kita udah di jembatan nih mba...kamu dimananya?"
"Bekasi timurnya dimana?"dia malah balik bertanya.
"Lah ngapain kamu nyari Bekasi Timur, kamu tunggu aja ditempat rame, jangan kemana-mana, tanya orang itu daerah apa."
Kembali dia ngobrol dengan seseorang.
"Dia ga tahu, disini ga ada orang lagi."
"Mbaaaa.....kamu cari masjid gih, pasti disana rame karena sekarang lagi takbiran. Trus telp aku, kasih tahu nama masjid dan kampungnya. Tunggu disitu nanti aku jemput," ulang saya menahan diri. Gemes sekali rasanya. Terlintas pikiran buruk, jangan-jangan si mba dihipnotis orang, tapi HP nya yang tetap aktif menenangkan saya. Kami kembali berputar-putar mencarinya. Tak lama kemudia dia hubungi HP saya, langsung saya telp balik. 

"Halo mba....dimana?"
"Halo bu....,"suara seorang laki-laki di ujung telp. "Ini si mba nya ketemu saya, kami di depan pasar induk cibitung."
"Oh ya mas, saya titip dia sebentar ya, kami sedang ke arah situ,"jawab saya.
Langsung kami meluncur kesana, ditengah jalan saya ktemu si mba yang dibonceng mas-mas pake sarung dan baju koko. Saya lega sekali melihat si mba tidak apa-apa. Setelah minggir si mas yang nolong si mba mulai bercerita.

"Saya tadi lagi duduk-duduk depan rumah. Saya lihat mba nya ini berapa kali mondar-mandir depan saya, kayak orang bingung. Akhirnya karena curiga saya stop dia. Saya lihat dari penampilannya anaknya masih lugu sekali, sepertinya bukan orang sini. Kok tengah malam mondar-mandir bawa motor sambil boncengin bapak-bapak."
"Hah....bapak2?"tanya saya bingung.
"Iya, jadi kayanya si mba ini sudah dihipnotis sama dia. Orang waktu saya stop kaya orang linglung. Bolak-balik nanya bekasi timur. Ya saya bilang, bekasi timur itu luas mba, mba nya ini mau ke daerah mana. Trs saya tanya, bapak ini siapanya? Bapaknya mba ya? Bukan, kata dia tadi ktemu di jalan.Trus maksa bonceng, disuruh turun ga mau. Ya sudah saya ambil inisiatif, bilang sama bapak itu, saya yang akan antar si mba nya ini. Bapak silakan pergi. Nah, ga lama saya telp ibu tadi," katanya.

Kamipun akhirnya pulang, setelah mengucap terima kasih berulang kali ke si mas yang telah berbaik hati. Segera saya suruh suami memacu motornya lebih dulu, teringat nick yang sendirian dirumah(waktu itu masih 2 tahun umurnya). Waktu menunjukkan pkl 01.00 waktu saya sampai di rumah. Saya suruh si mba bersih diri dan segera tidur. Kemudian saya segera memberi kabar ke kampung bahwa si mba sudah ktemu dan baik-baik saja. Berita ini melegakan semua orang kampung saya yang ternyata segera berkumpul di rumah orang tua saya begitu mendengar si mba hilang dan menanti kelanjutan kabar berita dengan harap-harap cemas. Malam yang melelahkan itu berakhir dengan melegakan. 

Esoknya ketika saya tanya, si mba tidak terlalu ingat kronologis kenapa dia bisa sampai sejauh itu. Nampaknya dia memang sudah terkena hipnotis, seperti yang dibilang oleh si mas yang baik hati itu. Untung saja yang hipnotis dia sepertinya tidak bisa naik motor, jadi dia yang bonceng keliling semalaman. Lha, bensin di motor suami aja sampai ludes. Entah apa jadinya kalau si bapak itu bisa naik motor.

Sejak malam itu saya jadi agak overprotektif sama si mba. Apalagi memang dia masih famili jauh saya. Saya jadi tidak membolehkannya keluar terlalu jauh, kecuali bareng saya. Saya juga belajar, bahwa panik tidak akan menyelesaikan masalah. Fiiuhh satu masalah selesai.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)