Selasa, 12 Februari 2013

Teman Sejati

Ada berapa banyakkah temanmu? Berdasarkan apa kamu memilih mereka menjadi temanmu? Berdasarkan hobi atau kegemaran yang sama, berdasarkan tempat tinggal, berdasarkan kepentingan atau adakah sebenarnya kriteria khusus yang membuat kamu ingin berteman dengan seseorang?

Menyenangkan memang mempunyai banyak teman, tapi tentunya tak sembarang orang bisa dijadikan teman sejati, soulmate gitu bahasa anak sekarang.Aku pribadi bukan orang yang pandai berteman, mungkin bisa juga dikatagorikan agak introvert. Bukan hal mudah bagiku untuk membagi perasaan ataupun hal penting lainnya kepada orang lain, bahkan orang terdekat sekalipun. Bisa dikatakan aku selektif sekali dalam memilih teman dekat hingga orang yang benar-benar mengenalku mungkin bisa dihitung dengan jari. Padahal kalau di bilang sifatku pendiam tidak juga, cuma memang aku lebih memilih untuk menjadi pengamat saja.

Aku pernah mengalami pengalaman tidak mengenakkan perihal teman dalam masa remajaku. Seperti remaja lainnya, aku pun mulai mengenal yang namanya cinta. Beberapa teman lawan jenisku pun mulai berusaha mencuri perhatianku dengan berbagai cara. Salah seorang remaja pria (yang sebetulnya aku suka) mengirim surat cintanya kepadaku ( uhuuuyy....), surat cintaku yang pertama (nyanyi dh wkwkwk). Waktu itu aku masih SMP.....hahaha masih cupu banget kan.... Nah ceritanya aku tidak ingin menolak tapi juga belum mau menerima, maka jadilah.... aku balas bahwa aku masih ingin belajar, masih ingin berteman dengan banyak orang dan belum ingin terikat dengan siapapun (ceileee....gaya kan, msh SMP lho gw waktu itu). Nah entah mengapa jawaban suratku itu tersebar ke banyak orang. Beberapa orang mulai memakai kata-kata di suratku untuk menyindirku. Whatttt??? Coba bayangkan betapa malunya aku, bagaimana mereka bisa tahu isi suratku? Apakah cowok yang kirim surat itu atau siapa? Aku tidak terima, aku usut sampai ke akar-akarnya hehehe....bahkan dengan menebalkan muka aku tanya ke cowok yang kirim surat kepadaku. Tentu saja dia tidak mungkin menyebarkan aibnya sendiri khan....bodohnya aku, ibarat memberi luka dua kali kepadanya hiksss aku jadi merasa bersalah sekali. Ternyata oh ternyata biangnya adalah teman sekaligus sepupuku sendiri, yang menjadi kurir surat cinta kami. Hikss teganya oh teganya.... Kejadian kecil yang sangat membekas dan berpengaruh terhadap diriku. Semenjak hari itu aku sangat berhati-hati mempercayakan rahasiaku kepada orang lain. Terutama rahasia hati.

Ah kembali kepada teman sejati, aku pernah menemukan beberapa orang yang benar-benar mengerti aku dan bisa kumengerti. Sayang sekali jarak, waktu ataupun kehidupan memisahkan kami. Salah satunya adalah alm widya sulastrini (Rini) yang pernah aku ceritakan di sini
Saking dekatnya kami dulu, teman kampus mengenal kami sebagai duo. Pernah dengar beberapa candaan teman kampus klo yang namanya Rini itu harusnya aku karena badanku yang kecil sedangkan temanku berbadan gemuk hehehe..... Masa-masa di kampus berlalu begitu indah dengan adanya dia, ikut kegiatan mahasiswa bahkan sampai nginep di kampus dulu juga karena dia. Aku bisa ikut jadi pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan bahkan jadi koordinator biro litbangnya BPM Fakultas Ekonomi karena dia yang ajak. Dia itu ibarat katalisator bagi diriku. Aku yang tidak suka jadi pusat perhatian jadi berani tampil karena dia. Hahahaha.....bahkan karena berorganisasi aku pernah dipanggil Purek III universitasku gara-gara judul tabloid kampus punya BPM FE yang kami terbitkan perdana dengan diriku sebagai pemimpin redaksinya. Gimana ga dipanggil wong nama tabloidnya Sang gama wkwkwkwk...opo tumon. Cerita tentang tabloid itu lain kali deh ya hehehe.... 

Singkatnya teman sejati itu mampu melengkapi dan memahami kekurangan kita, membangkitkan dan mensuport potensi yang kita punya serta tidak pernah menyerah dengan diri kita. Contohnya ya temanku ini...dia tahu betul aku malas bangun pagi maka kadang kala ketika aku ada kuliah pagi, dia bisa saja datang pagi sekali cuma supaya aku bisa bangun dan berangkat tidak terlambat, padahal dia tidak ada jadwal kuliah pagi itu. Ah....membayangkannya kembali membuatku sedih, karena aku tidak akan bisa mengulangnya lagi. Ya...aku sudah kehilangan Rini untuk selamanya. Tapi hidup terus berjalan dan dalam perjalanannya nanti aku yakin akan ada sahabat-sahabat lainnya dalam setiap episode kehidupanku. Satu pelajaran berharga yang aku terima, teman sejati itu sesuatu yang sepatutnya dihargai...selayaknya kita menghargai kehidupan itu sendiri.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak disini :)