Selasa, 09 Juli 2013

Lima Tahun

Hari ini, detik ini, lima tahun yang lalu, aku sedang mondar mandir di lorong sebuah rumah sakit. Rasa sakit yang menjalar di seluruh pinggang hingga ke punggung membuatku tidak bisa duduk diam dan menunggu, meskipun suster berkali-kali mengingatkannku untuk menghemat tenaga. Bahkan aku nekat naik turun tangga sebelum mbak security yang baik hati menggandengku sembari mengatakan betapa bahaya kelakuanku.

Aku dengan perut besarku berjalan kesana kemari menahan sakit yang tambah menjadi, menantikan sesuatu yang sangat penting dalam hidupku. Hadirmu ke dunia ini nang.... Yah saat itu mama sedang menantikan detik-detik kelahiranmu. Bukan isapan jempol jika orang-orang mengatakan bahwa ibu adalah sosok yang luar biasa karena sudah melahirkan kita, dengan taruhan nyawa. Hari itu mama mengalaminya. 

Proses kelahiranmu bisa dibilang tidak mudah nang. Hampir dua jam dokter, perawat serta bidan membantu mama melahirkanmu, dua puluh empat jam lebih setelah mulas mulai mendera mama. Menit-menit terakhir menjelang kelahiranmu, ketika mama nyaris kehabisan tenaga, papamu bahkan sudah siap menandatangani andai operasi adalah jalan terakhir. Tapi dokter yang baik hati itu tidak mau menyerah. Kami sempat berdiskusi, dalam situasi yang mendesak dokter itu menyarankan untuk di vakum dulu. Bayi ibu sangat kuat, jantungnya masih bagus, begitu katanya. Mama sempat bertanya, tidak adakah efek sampingnya andai itu dilakukan? Dokter itu tersenyum ramah sambil mengatakan, "anak pertama saya juga di vakum bu, sampai sekarang perkembangannya bagus, tidak pernah ada masalah" katanya. Dan kemudian proses itu dimulai. Mama tidak lagi merasakan mulas, tidak lagi merasa sakit, yang ada hanya semangat untuk mendengar tangismu pertama kali. Dan ketika suara tangismu terdengar, lunas sudah semua pengorbanan mama. Bahagia sekali rasanya. 

Tak sabar rasanya mama ingin sekali mendekapmu, memelukmu jagoan kecilku. Tapi rupanya mama harus bersabar menahan keinginan itu. Papamu mengabarkan bahwa kamu harus dirawat khusus akibat persalinan yang panjang itu. Betapa mirisnya mama ketika akhirnya bisa melihatmu. Tanganmu yang mungil dibalut gips yang menahan infus supaya tetap berada di tempatnya. Bahagia, haru sekaligus sedih menjadi satu. Mama tak tahan untuk tidak menangis. Seminggu lebih kamu tinggal di rumah sakit, sementara mama yang belum terlalu pulih terus bertekad menemanimu tiap hari, walaupun harus bolak-balik ke rumah sakit.

Ah itulah sekelumit kisah kelahiranmu nang, bocah bagus anakku lanang.... Lihatlah sekarang. Kamu sudah tumbuh menjadi bocah kecil yang membanggakan. Jagoan kecil mama yang hebat. Teruslah tumbuh besar nak, besarkan badanmu, besarkan hatimu. Nikmatilah masa kecilmu dengan gembira. Aku, ibumu ini akan terus menjagamu, dengan raga, doa dan hatiku.


(Memori, 09 Juli 2008)














2 komentar:

  1. hemm bikin merinding ni ketika aku baca tulisan yang ini

    "nang ku dan nang mu" memang sangat menyemangati hidup kita

    BalasHapus
  2. Suwun kunjungannya :) mereka memang pelita hati kita ya, ditengah gelap gulita sekalipun. Semangat slalu ada bila melihat wajah polosnya...

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak disini :)