Saat saya masih kecil, lebaran itu momen yang paling saya
tunggu-tunggu. Dapat uang banyak dari pakdhe, budhe, simbah, bulik,
paklik dan saudara-saudara dari bapak dan ibu saya. Makanan enak yang
tak kunjung habis daaaannn... yang paling saya tunggu adalah main
kembang api bersama sepupu-sepupu saya. Ya...setiap hari lebaran simbah
kakung saya sudah menyiapkan budget khusus untuk memanjakan cucu-cucunya
dengan petasan dan kembang api. Berlarian kesana kemari sambil membawa
kembang api di tangan, kemudian melemparkannya ke pohon pala atau pohon
cengkeh yang ada di halaman. Tertawa-tawa menyaksikan kembang api yang
perlahan meredup. Suka cita masa kecil yang masih terekam kuat dalam
ingatan saya. Kemudian esok harinya kami semua memakai baju baru, acara
sungkem dimulai dari simbah kakung, kemudian simbah putri, urut dari
yang paling dituakan sekalipun umurnya lebih muda. Setelah itu kami
berkeliling ke rumah sanak famili. Makanan yang berlimpah membuat kami
kanak-kanak bersuka ria. Gula-gula warna-warni selalu saja menjadi
incaran pertama kami. Ah indahnya masa itu.....
Kemudian tahun demi tahun berlalu, satu persatu sesepuh mulai
meninggalkan kami, simbah juga sudah berpulang semua. Kami pun mulai
beranjak dewasa. Tradisi berlebaran itu tetap ada, hanya kebiasaannya
saja yang berbeda. Jika dulu kami bisa menginap berhari-hari di tempat
simbah sekarang cukup satu hari untuk berkeliling ke rumah pakdhe dan
budhe saja. Dan itu kami lakukan tepat tanggal 1 Syawal. Tak ingat
persisnya kapan dimulai, tapi Bapak dan Ibu saya selalu melakukannya
sampai sekarang, bahkan ketika kami anak-anaknya pergi ke perantauan.
Ketika semua umat Muslim bersiap melakukan Shalat Ied, kami pun
berangkat silaturahmi. Rutenya mulai dari Salatiga, tempat budhe-kakak
angkat Ibu saya tinggal. Kemudian ke Boyolali dan sekitarnya, tempat
dimana kebanyakan keluarga besar ibu saya tinggal, terus ke arah Solo
dan akhirnya pulang kembali ke Sragen.
Saya memang terlahir di keluarga non Muslim, tetapi keluarga saya turut
bersuka cita menyambut lebaran. Lebaran bagi kami bukan sekedar hari
raya keagamaan, tapi menjadi tradisi yang sangat berharga dimana kami
bisa bertemu sanak famili yang terpisahkan jarak dan waktu. Hanya di
hari lebaran saya bisa bertatap muka dengan sepupu dan famili yang
merantau, tersebar di nusantara, bahkan ke mancanegara. Momen berharga
yang hanya terjadi sekali setahun. Tahun ini saya melewatkan momen itu
hikss......
Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan batin.
*Tulisan ini pernah dipublikasikan di Ngerumpi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak disini :)